Selasa, 29 Desember 2009

Tour of Duty

Ibarat kata pepatah lama ...

Sambil Menyelam Minum Air,
Sekali Dayung Dua, Tiga Pulau Terlampaui

... Mungkin itu adalah kata2 yang tepat untuk menggambarkan apa yang ku rasakan saat ini. Allah SWT telah memberikan apa yang dari dahulu aku impikan dan inginkan yaitu bekerja sambil wisata. Dalam kesempatan bekerja di luar negeri seperti ini, maka aku selalu berupaya enjoy dengan segala bentuk pekerjaan dan tanggungjawab. Dengan designation yang aku genggam saat ini memungkinkanku untuk mengenal lebih jauh banyak daerah2 yang ada di Malaysia, especially Sarawak. Dibawah ini aku akan memaparkan serba sedikit beberapa kota atau area yang sering aku kunjungi.

1. Bintulu
Adalah sebuah kota (bandar) yang mengalami perkembangan / pertumbuhan yang sangat pesat, hal ini di dukung oleh keberadaan dan ditemukannya sumur2 minyak dan gas di lepas pantainya. Secara umum perkembangan ini mulai sekitar 15 tahun yang lalu. Sebelumnya Bintulu hanyalah sebuah district area di bawah regency Sibu. Perkembangan Bintulu saat ini juga di topang oleh banyaknya industri perkayuan dan oil palm. Mega project Hydro electric Bakun juga saat ini masih terus dikerjakan yang mana projek ini sudah mulai dikerjakan lebih kurang 10 tahun yang lalu, tetapi hingga kini masih belum juga rampung.

2. Sibu
Merupakan sebuah Bandar Raya (kota besar) yang sudah cukup tua. Menjadi pusat pemerintahan sejak zaman kolonial. Sebagai Bandar Raya, maka populasi penduduknya juga sangat banyak, berbagai company / group besar juga menancapkan tiang kantor pusat (HQ) disini. Tetapi sejauh ini Sibu sudah bukan lagi menjadi sebuah Bandar yang secara massive melakukan pertumbuhan, kemungkinannya adalah karena sudah sampai kepada titik jenuh. Sehingga area2 lain sekarang menjadi pusat tumpuan perkembangan ekonomi yang lebih tajam.

3. Miri
Minyak & gas adalah urat nadi sebuah dusun kecil yang bernama Miri. Dusun kecil ini sekitar 50 tahun yang lalu hanyalah Kampung Nelayan di muara Sungai Baram atau juga sering di sebut Kuala Baram. Ketika sumur2 minyak dan gas ditemukan di Miri, maka banyak perubahan dan perkembangan yang terjadi di Bandar tepi laut Cina Selatan ini. Geliat ekonomi dan fokus negara mulai tertuju kesini. Saat ini Miri adalah Bandar Raya terbesar kedua setelah Kuching. Lokasi Miri yang sangat strategis dan memiliki crossing border dengan Brunei di Sungai Tujuh, membuat atau memberikan dampak ekonomi yang sangat signifikan. Miri juga memiliki banyak sekali manufacturing company dengan basic kayu, palm oil, dll.

4. Kuching
Sebagai Ibu kota (Bandar Utama) di Sarawak, Kuching adalah salah satu pintu gerbang (kalau pakai pesawat) untuk menuju Sarawak. Bandar ini memiliki kelebihan utama adalah sangat dekat dengan crossing border dengan Indonesia (Tebedu - Entikong). Hanya lebih kurang 2 jam kita sudah sampai di border. Kuching adalah pusat pemerintahan Negeri Sarawak Bumi Kenyalang. Selain legal border, maka dari Kuching ke Indonesia (wilayah Kalbar) juga banya sekali tersedia "Jalan Tikus" yang illegal, sehingga tidak mengherankan bila banyak TKI illegal masuk dan sulit dikontrol, karena kalau mereka adalah orang lokal, maka face, dialek, bahasa, dll adalah sama saja sehingga sulit untuk membedakannya, kecuali setelah dilakukan pemeriksaan IC (KTP).

5. Marudi
Malang sekali nasib Distric Marudi. Sejak Zaman kolonial, daerah ini adalah salah satu pusat pemerintahan dengan wilayah jajahannya sampai ke Miri. Tetapi apa yang terjadi saat ini, Miri sudah berkembang pesat dengan menjadi Bandar Raya, Marudi masih menjadi District Area dengan kemajuan yang sangat-sangat lambat. Hal ini dapat difahami, secara geografis, posisi Marudi kurang strategis, berada di Tanjung Sungai Baram, wilayah ini terletak di pedalaman. Banjir adalah sesuatu yang lumrah disini sejak zaman dahulu kala. Sehingga dengan kondisi seperti ini dapatlah difahami mengapa akhirnya Miri yang menjadi pusat pemerintahan (regency) dan Marudi berada di bawah Miri. Segala sumber daya alamnya seperti kayu dan oil palm dikirim ke Miri melalui sungai Baram, sehingga lengkaplah sudah penderitaan Marudi hanya sebagai sapi perahan, seperti nasib banyak wilayah di Indonesia.

6. Long Lama
Saat ini kita dapat melalui darat ke areal ini karena sudah ada jasa ferry dengan membayar RM 15 per kendaraan roda 4. Long Lama berada di salah satu Tanjung Sungai Baram juga, tepatnya di bagian Hulu Marudi. Long dalam bahasa lokal artinya adalah sungai, maka Long Lama artinya adalah Sungai Lama. Long lama secara administratif adalah di bawah Daerah Majlis Marudi artinya areal ini dibawah wilayah admistratif distric Marudi. Kampung ini hanya kecil saja, tetapi menjadi salah satu pusat perdagangan untuk supply sembako ke wilayah2 pedalaman (remote area). Sekolah2 lengkap dengan asrama dan apartemen untuk guru juga tersedia disini, karena biasanya murid2nya adalah dari pedalaman dan tidak ada tempat tinggal, maka disediakan asrama sedangkan apartemen untuk guru, karena majority guru2 di Malaysia berasal dari Semenanjung (Malaysia Barat).

7. Lawas
Ini adalah district area terluar / terjauh dari Negeri Sarawak. Lawas adalah areal dengan 2 crossing border. Pertama dengan Temburong Brunei dan yang kedua dengan Merapok Sabah. Sebagaimana yang harus di fahami sebelumnya, Malaysia adalah suatu negara Federal dan ketika kesepakatan Sarawak bersedia bergabung dengan Malaysia, salah satu klausul penting adalah "semua warga negara Malaysia yang ingin masuk Sarawak harus menggunakan passport". So.. inilah yang membuat semua pintu perbatasan Sarawak baik dengan negara lain ataupun dengan negara bagian (federal) lain juga harus ada pemeriksaan immigration & custom. Jika kita dari Miri mau menuju Lawas menggunakan kendaraan darat, maka kita akan bertemu 4 pintu gerbang. Di setiap pintu gerbang terdiri dari 2 bagian, maksudnya adalah seperti check point Sungai Tujuh. Pertama kita akan cek passport di Immigration Malaysia, setelah itu cek lagi di immigration Brunei, kemudian begitu seterusnya hingga ke pintu gerbang yang keempat kita keluar dari wilayah Temburong, sampai akhirnya masuk ke Lawas. Jadi kalau WNI mau ke Lawas maka passport akan di stempel 8 kali untuk satu kali perjalanan. Lumayan kan buku passport akan cepat habis. Dari Lawas kalau kita mau ke Kota Kinabalu (Ibu kota Negeri Sabah) hanya memerlukan waktu 1,5 - 2 jam saja menggunakan kendaraan darat. Tetapi sekali lagi kita akan di stempel passportnya ketika keluar Sarawak dan masuk Sabah.

Demikianlah sekilas pandang beberapa wilayah / bandar yang sering aku jalani. Bahagia & senang rasanya dapat melihat wilayah orang lain untuk menambah referensi apalagi secara gratis.


Marudi - Sarawak

Pembantu, supir, kuli, buruh kasar = ORANG INDON

Sebenernya waktu gw nulis judul ajah berasa miris banget menghadapi kenyataan cap / stigma orang2 di Malaysia terhadap orang2 Indonesia adalah pekerja menengah bawah [mohon maaf sebelumnya terhadap Bapak/Ibu/sodara2 sekalian yang berpofesi sebagaimana disebutkan di atas]. Gw bukan mengada2, tapi gw sendiri (termasuk laki gw) seringkali dianggap seperti itu. Sampe gw bertanya2 di dalam hati, apa emang muka gw yang ndeso dan merana, ato emang orang2 itu yang selalu meng-underestimate-kan orang Indonesia.

Dongkol Part 1

TKP : Klinik Kerajaan di Bintulu, saat imunisasi Zahia.
Setting : Bunda lagi duduk ngantri nunggu dipanggil Dokter. Ayah ngegendong Zahia sambil berdiri kukurilingan [bahasa Sunda, artinya jalan keliling2]. Sebelah Bunda ada Ibu2 muda yang Bunda perkirakan usianya di bawah Bunda 2 taun, pake kerudung & abaya corak bunga2.

Mrs.X : “Mana babynya?”
Bunda : “Tuh lagi digendong Ayahnya” (sambil nunjuk Ayah)
Mrs.X : “Orang Indon yah?” [SUMPAH GW GA SUKA BANGET INDONESIA DISINGKAT JADI INDON!!!]
Bunda : “Iya. Mba orang mana?” (senyum ilfill)
Mrs.X : “Saya juga Indon. Dari Cirebon”

Oh. Oh. Oh. Ok.
Percakapan berlanjut dengan dia menceritakan proses kelahirannya yang normal, berat babynya, nanya kenapa gw dioperasi, siapa yang bantu gw di rumah after melahirkan coz ga boleh angkat yang berat2, bla…bla….bla…. Ga lupa dia juga memperkenalkan lakinya Bapak2 India yang lagi duduk di tempat lain (gw perkirakan umurnya 3,25x lebih tua dari umur dia), yang dulunya adalah si pemilik restoran tempat dia bekerja [yoi, Mrs.X sekarang sudah menjadi pemilik “pemilik restoran” beserta restoran2nya]. Lalu tibalah saat2 yang mendebarkan itu………………

Mrs.X : “Suaminya kerja apa?”

Oh. Ok. Gw ga mungkin khan bilang kalo laki gw jabatannya ini itu, ekspatriat legal yang dapet tiket mudik staun skali naik psawat, gaji sekian, dll. So untuk mempermudah………

Bunda : “Suami saya mengkontrol kualitas tanaman. Tapi ga di 1 tempat, jadi travelling mulu krena arealnya banyak”
Mrs.X : “Oh, suami kamu driver?”

Oh. Yes. Oh. No. Oh. Ok. Thanks yah Jeng. Mungkin gw akan pertimbangkan untuk buka bisnis kereta sapu [istilah untuk taxi gelap] kalo pas laki gw libur secara mukanya udah cocok jadi driver.

Dongkol Part 2

TKP : Klinik Kerajaan di Bintulu [again?!], di farmasi lagi ngambil obat Zahia.
Setting : Petugas manggil nomor antrean Bunda lalu Beliau bermaksud menjelaskan cara pemakaian obat.

PF : “Paham bahasa Melayu? Saya nak jelaskan cara pakai ni obat” (ekspresi datar)
Bunda : “Tidak terlalu paham. Pakai Bahasa Inggris ajah” (sok songong)
PF : “Really?” (bertanya dengan air muka seakan2 ga percaya kalo partner bicaranya bisa berbahasa Inggris)

Mantaps! Beliau pun lalu menjelaskan dalam Bahasa Inggris. Dan of course supaya gw keliatan intelek gw sok2an bertanya2 yang mboten2 dalam Bahasa Inggris juga dunks pastinya [nah justru pertanyaan2 yang mboten2 itu Bun yang bikin keintelektualitasan Bunda jadi merosot beberapa point].

Dongkol Part 3

TKP : Tempat makan Pakistan satu2nya penjual Roti Naan yang paling enak di Bintulu, PJ Corner.
Setting : Bunda numpang sholat sama Mak Cik pemilik tempat makan tsb [yang sekarang sudah menjadi Adopted Grandma nya Zahia. Yippie! So kalo kita makan disitu sering banget dikasih diskon dan Zahia dikasih permen, tapi Bunda yang makan permennya]. Karena lokasi tempat sholatnya di lantai 2, maka Mak Cik pun menyuruh salah satu pegawainya nganter gw ke atas.

Bunda : “Maap yah Mak Cik ngerepotin” [semua ibu2 yang umurnya gw perkirakan udah di 40 something gw panggil Mak Cik. Kalo masih muda mah Kakak]
P : “Oh gpp”

Sambil jalan kami pun mengobrol ngalor-ngidul. Kebanyakan Bunda yang nanya, seperti asalnya dari mana (ternyata Beliau dari Inonesia juga, tapi Bunda lupa daerah mana), udah berapa lama Mak Cik merantau, anak berapa, kapan terakhir pulang kampung. Wah pokonya Bunda kaya polisi ngintrogasi tersangka [huehehe mulut ko ga bisa diem seh Bun!]. Setelah itu Mak Cik gantian nanya.

P : “Kalo kamu sih udah enak, udah sukses”
Bunda : “Alhamdulillah” (senyum syukur)
P : “Iya, majikan kamu kelihatannya baik banget”
Bunda : “Majikan?? Mmmm….majikan yang mana yah Mak Cik?” (senyum bingung)
P : “Itu loh yang India itu. Kamu kerja sama dia kan? Kayanya dia baik banget”

Hohohohoho. Sodara2 sekalian sebangsa setanah air, ternyata Mak Cik ini dari dulu suka memperhatikan kami. Dulu sebelum ada Nyokap, kami kalo shopping selalu pergi dengan Mr. Rajan. Beliau adalah orang India tetangga kami, almost 55 taun, yang selalu nebeng ke Bandar (kota Bintulu) coz walopun pangkatnya sama dengan laki gw tapi rezeki dalam hal mobil dinas berbeda dengan Abang. Kalo Abang dapet amanah dari Bosnya berupa Land Cruiser Turbo [kalo disini dipanggilnya Ninja], kalo Mr. Rajan dikasih bosnya mobil single cabin yang ga ada road tax nya sehingga mobil tersebut ga bisa digunakan keluar camp.

So, melihat seperti itu, maka Mak Cik yang memang ga bisa gw salahkan, menebak bahwa Mr. Rajan adalah majikan, Abang supirnya, dan gw udah tentu pembantunya. Suatu padanan yang keren sekali.

Dongkol Part 4

TKP : Nyabau Hospital, waktu dirawat karena pendarahan.
Setting : Ruang perawatan kelas 2 [ato 3 yah?] yang 1 ruangan isinya 6 tempat tidur. Bunda saat itu mendatangi tempat nurse2 berkumpul untuk nanya Dokter.

Oya, supaya deskripsinya lebih jelas, Bunda masuk hospital tanpa persiapan apa2. Awalnya Bunda pikir hanya untuk menge-check kenapa Bunda bleeding dari smalem. Tapi ternyata kalo di Bintulu yang namanya masuk Hospital minimal harus nginep 1 malam [aneh yah, kan kalo di Indonesia kita bisa datang ke RS datang hanya untuk check / kontrol ke Dokter]. So, Bunda cuma bawa baju yang nempel di badan, dompet yang berisi 30 RM, 1 botol susu Dutch Lady, dan coklat Cadburry yang emang selalu ada di tas buat cemilan kalo bepergian.

Bunda : “Kapan Dokter datang?” (nanya ke Nurse yang lagi nulis)
N : “Tunggu saja. Dokter sibuk” (tanpa melihat ke Bunda, perhatian sepenuhnya hanya ke meja)

..... 1 jam kemudian .....

Bunda : “Kapan saya diperiksa Dokter?” [oww..oww…oww…masih Nurse yang tadi]
N : “Dokter masih sibuk” (muka ketus)

..... Beberapa jam kemudian .....

Bunda : “Kapan Dokter bisa periksa saya? Kalo ga saya mau pulang ajah” (muka khawatir karena ngebayangin charge untuk foreigner yang mahal plus sebellll minta ampun)
N : “Mana bisa pulang kalau Dokter belum check. Tunggu saja. Dokter masih sibuk periksa yang lain”

Hebat!! Seberapa banyak seh emak2 hamil yang lagi berada di RS ini??? Ada 1000 orang kali yah ampe Dokternya lamaaaaaa banget nyuekin gw [desperate].

..... Jam demi jam gw lewati. Udah siang banget sekarang .....

Bunda : “Nurse, saya bisa minta minum ga? Saya ga bawa air” (muka melas kehausan bin lumutan nunggu Dokter)
N : “Kamu suruh suami kamu beli atau teman kamu” (muka lempeng seakan2 ga liat penderitaan orang lain yang ampir nekad minum air keran)
Bunda : “Suami saya belum dateng. Saya juga ga ada temen. Macam mana donk?” [capeeeeee deeeehhhhhh!!!!!!]
N : “Kamu beli aja sendiri di bawah ada kantin”

OK! That’s enough!! Gw bleeding, trus disuruh beli minum sendiri di kantin yang jauh itu, dimana posisi gw di lantai 3 dan kantin adanya di parkiran?!?! Haluuuwwww, emang ga ada pantry kah?!?! Bener2 dah ga berperi-kehausan!!!! Gw udah mulai berfikir dan menimbang2 untuk nelepon Kakek gw di Banten [mo kirim paku yah Bun?]

Allah pun menyelamatkan makhluk-Nya yang terdzolimi. Dia mengirimkan malaikat berperut besar banget (ya iyalah wong hamil 9 bulan lebih 2 minggu), yang katilnya bersebelahan ama gw, yang ternyata sesama orang Indonesia, yang bawa air mineral 1,5 liter 2 botol. Akhirnya gw pun “meminjam” air botolnya dan berjanji akan gw ganti kalo Abang dah datang. Thanks God. Dan akhirnya lagi setelah menunggu lebih dari 2 abad, Dokter tercinta pun memanggil gw untuk diperiksa. Gw pun mengambil pose seperti ayam bakakak dan selesailah diperiksa.

Bunda: “Gimana Dok?” (suara lemah karena masih trauma dengan “pantat bebek” yang dimasukkin ke v*g**a)
Dr : “Ini begini ini begitu blab la bla grak grek grok ngak ngik nguk” (menjelaskan panjang lebar)
Bunda: “Dok, saya pulang ajah yah. Lagian kan pendarahannya dah ga banyak, terakhir spot kecil ajah. Sejujurnya saya takut kalo nginep bayarannya mahal karena saya foreigner” (muka memelas)
Dr : “You mau MATI? Kalo ilang banyak darah bisa MATI”

Mantaps! Gw disamain ma kucing bo. Mati?!?! Walah!!

Tapi kemudian everything is change. Setelah si Nurse membaca buku diary gw (itu loh buku catatan kesehatan Ibu Hamil), dia pun menatap gw takjub, memanggil dengan senyum manis di bibir, mengajak mengobrol dengan keramahan tiada tara. Apa gerangan yang terjadi sodara2?? Yoi bangetz. Ternyata Nurse2 itu membaca di diary, tepatnya pada biodata pribadi, dimana tertulis:
Pendidikan : Degree

Dari hasil ngerumpi dengan Nurse2 gw bisa menangkap cerita bahwa:
- Banyak Bumil yang dirawat ga paham Bahasa Melayu, apalagi Bahasa Inggris. Ga sedikit juga yang menggunakan Bahasa Daerahnya. Sehingga terjadilah kesulitan kesulitan berkomunikasi.
- Tidak ada passport ataupun Buku Nikah (kalau di Malaysia saat pertama kali datang untuk control ke Klinik Kerajaan atau masuk Hospital pasti diminta Buku Nikah). Tapi sebagian besar orang ini tetap bisa masuk hospital karena sudah membayar Deposit (uang jaminan) sebesar RM 800 per orang.
- Dari buku diary Bumil [yang berisi informasi pribadi sampai tingkat pendidikan pun terecord], sebagian besar pendidikannya hanya SD atau SMP. Sangat sedikit yang SMA. Sangat jarang yang Diploma. Langka yang kuliah sampai sarjana.

Selama hampir 1,5 tahun kami stay di Sarawak, kami melihat bahwa sebagian besar orang2 Indonesia yang ada disini adalah orang2 un-skill. Bekerja di ladang (tukang tanam, slashing, kerja di nursery, operator alat berat, dll), asisten rumah tangga, supir, tukang mungutin uang di ferry, cleaning service, kerja di restoran, wanita2 pub, jaga toko, dan masih banyak lagi. Di kantor Abang, hanya ada 2 orang Indonesia yang menduduki posisi middle management, itupun yang 1, Mr.Willem dari Tana Toraja, sudah resign. Di Bintulu, kami menemukan [emang barang!] satu orang Dokter asal Indonesia, Dr. Endang Susilawati lulusan UGM.

Persoalan cap / under-estimate ini mungkin susah diubah, selama orang2 Indonesia yang datang ke Malaysia memang tidak memiliki kemampuan yang mumpuni. Tapi at least gw & Abang berusaha semampu mungkin untuk menjaga citra diri kami sebagai orang Indonesia yang berpendidikan. Hidup Indonesia!!! [tiba2 mengalun lagu Indonesia Raya diiringi dengan biola yang mendayu2]


Senin, 28 Desember 2009

See You Later Boss : Mr. Adrian J Carstens

Pagi-pagi sekali aku sudah bergegas menuju kamar mandi di salah satu hotel di Miri kemudian sholat subuh dan seterusnya persiapan mau ke HQ. Maklum saja hari ini adalah hari pertama bertemu kembali dengan my Boss setelah beliau annual leave hampir 40 hari.

Setibanya di HQ ternyata kondisi ruangan masih lengang dan baru aku yang sampai duluan di sana. Mataku langsung tertuju ke ruangan Boss ku dan terlihat masih terkunci rapat. Tak lama berselang beberapa teman-teman sudah mulai berdatangan. Jam dinding di dekat plotter sudah menunjukkan pukul 08.18 am tetapi ruangan boss ku belum juga terbuka. untuk menghilangkan rasa penasaran akupun bertanya kepada teman-teman yang sudah mulai datang apakah kalian ada melihat Mr. Adrian....??? Dan semua mereka mengatakan tidak tahu... Ya sebenarnya udah jelaslah karena aku yang duluan datang kok.

Tidak beberapa lama kemudian barulah Boss ku datang dengan gayanya dan tidak lupa menenteng tas platik keresek berwarna merah andalan yang merupakan bungkusan buah dan persiapan makan siangnya. Boss ku memang seperti itu, pada saat jam istirahat tidak mau keluar ruangan dan makan langsung di dalam ruangan kerja. Setelah berjumpa sekilas dengan beliau dan sambil senyum beliau mengatakan "wait Zul... give me 5 minutes" ... and I said "ok Boss..".

Tidak lama setelah itu tiba-tiba saja ada yang nyelonong masuk tanpa ba bi bu ke ruangan Boss ku dan mereka akhirnya berdiskusi lama banget. Pendek cerita akhirnya akupun memiliki kesempatan juga untuk bertemu beliau.

Good morning Boss, How are you doing, happy new year & xmas.. Aku katakan demikian dan akhirnya kamipun terlibat dalam pembicaraan yang sedikit santai. Sebelum aku sempat mengatakan apapun tentang masalah-masalah pekerjaan selama beliau annual leave, maka beliaupun langsung memotong pembicaraan kami dan mengatakan akan segera pindah ke Australia. Kemudian aku katakan bukankah kontrak anda akan habis next January 2010 dan setahuku sudah approved CEO untuk renewed sampai December 2010. Iya Zul, memang kontrakku udah approved untuk di renewed tapi ... (bagian ini tidak dapat saya lanjutkan karena alasan tertentu).. Aku sangat bahagia mendengar berita baik tersebut, tetapi kemudian aku juga sangat bersedih karena harus berpisah dengan Boss ku yang sangat baik dan perhatian kepada staffnya.

Hari ini mengigatkan ku kembali ketika pertama kali bertemu beliau beberapa tahun silam di Miri International Airport yang mana aku dulunya berfikir beliau adalah bagian legal atau HRD yang bagian khusus penjemputan tamu .... (maaf ya Boss).

Selama beberapa tahun ini terlewati dengan sangat penuh dinamika, tetapi over all saya sangat bangga dan bahagia bisa mendapatkan seorang Boss yang bisa membimbing dan terbuka dengan segala masukan dari inferior.

Bekerja dengan Mr. Adrian memberikanku ruangan yang sangat luas untuk berekspresi dan berkreasi dalam membuat suatu perubahan dan "Breaktrough". Tidak terasa jam dan hari berlalu, bulan silih berganti dan tidak terasa pula slip salary di file folder ternyata sudah menumpuk.

Terima kasih dan semua pencapaian pekerjaan ini saya dedikasikan kepada Mr. Adrian Jacques Carstens.... Good Bye Boss, see you later .... Semoga kita akan bertemu kembali di tempat dan suasana yang berbeda dengan kondisi yang jauh lebih baik dari hari ini...... Good luck & God bless you.


Marudi - Sarawak

Bekerja sebagai Ekspatriat di Malaysia

Miri International Airport 06.45 pm

Mr. A : Hi..eee.....Zulfadhli...
Me : Yes sir, I'm so sorry...... you....ee.... Mr. Adrian Jacques Carstens...
Mr. A : Yes. I'm...
Me : I'm so sorry sir.... who is my direct superior....
Mr. A : Me....Zulfadhli...

Wah kalo inget2 sepotong conversation waktu beberapa tahun yang lalu terkadang mengelikan dan memalukan... Bagaimana enggak semuanya berjalan seperti gak logic & very fast.
Kesempatan yang kami peroleh bekerja di sebuah company di Sarawak - Miri malaysia adalah jasa dari Internet. Sang Istri tersayang yang jago dengan piranti teknologi sangat gemar membuka berbagai job vacancies yang ada di dunia maya. Dengan segala fasilitas internet yang ada, Istri tercinta yang seterusnya akan dipanggil Bunda selalu membuka setiap ada lowongan yang cocok dengan kemampuan & kualifikasiku. Sejak menikah kami sudah memiliki cita2 yang sangat kuat harus bekerja di luar negeri... at least di Malaysia sebagai Expatriate. Dan alhamdulillah Allah SWT mengabulkannya setelah beberapa lowongan yang ada dan kita kirim lamaran kesana via email akhirnya hanya selang beberapa hari ada balesan dari company di Malaysia..... dan pendek cerita... rupanya yang email2an dengan kami selama ini adalah GM langsung dan juga Cc nya adalah Mr. Adrian (from South Africa) yang notabene nantinya adalah Boss ku sendiri...

Semua cerita dan proses ini berjalan seperti air mengalir. Dalam proses menjadi karyawan, kami pernah bertanya nanti akan interview dimana??? dll, Tetapi ternyata semuanya ditanggapi oleh GM dengan mengatakan gak perlu interview dan beliau nanya mau minta gaji berapa??? Wah ternyata to the point banget.... agak kagok dan menjadi ragu juga pada saat itu, maksudnya adalah apakah company ini bonafide apa gak? Dan banyak lagi pertanyaan yang menumpuk dalam kepala dan hati. So akhirnya kami secara resmi diterima bekerja di Malaysia dengan menandatangani kontrak kerja yang dikirim via email (scan) dan akhirnya menyusun itinerary schedule (flight).

Setelah menghubungi travel agent dan semuanya fixed, lalu kami kirimkan itinerary schedule via email dan meminta no hape dan nama contact person yang akan menjemput di airport nantinya dan ternyata ya itu tadi yang jemput adalah langsung my Boss. Surprised.

Sebagai seorang foreigner yang baru menjadi "Expartriate" tentunya kami dulu lugu bin kampungan banget.. semuanya gak tahu, truss gak punya relasi yang bisa di tanya, dll.... mencoba mengumpulkan informasi via internet sebanyak2nya mengenai Malaysia, Tax, Regulation, Labour policy, Immigration, Customs, dllllll..... pokoknya banyak sekali.... termasuk masalah rumah sakit karena waktu itu Bunda sedang hamil.
Jadi kalo di rinci yang perlu dipersiapkan oleh calon expartriate baru ke Malaysia adalah :
1. Kumpulkan segala informasi penting tentang kualitas dan bonafiditas perusahaan yang di tuju.
2. Pastikan proses perekrutan anda sudah memenuhi standar dan perturan perudang2an Malaysia. Jangan malu & ragu untuk bertanya kepada HRD masalah ini.
3. Siapkan semua dokumen penting dan pribadi lengkap dengan fotocopy at least 5 rangkap seperti akte kelahiran, scan kontrak kerja, Passport, SIM internasional, KTP, pas foto berbagai ukuran, ijazah, sertifikat, surat nikah kalo ada, dll.
4. Pastikan nego gaji, fasilitas dll yang berhubungan dengan kesejahteraan sudah final, karena akan sulit kalo gak mau dikatakan tidak bisa untuk nego ulang kalo udah signed contract (agreed).
5. Kalo mau membawa keluarga maka dalam contract kerja harus nego family status, jangan sampai single status, karena nanti akan rugi. Walaupun kita sudah berkeluarga tapi kalo salah nego awal ini akan jadi masalah besar.
6. Kalo memang niat sekali mau membawa anggota keluarga menetap di Malaysia, maka sebaiknya pastikan dahulu working permit anda approved by immigration, agar anda gak perlu bayar mahal untuk single entry visa anggota keluarga anda, silakan baca tulisan "Lebih Murah di Indonesia atau Malaysia".

Kami rasa itulah beberapa hal yang penting di ketahui sebelum mengambil keputusan untuk bekerja di Malaysia sebagai Expartriate. Semua cerita ini adalah based on our experienced selama bekerja di Malaysia.

Miri - Sarawak

Senin, 14 Desember 2009

Perbedaan Baby Zaman Dulu & Sekarang

Di era yang serba canggih ini, ternyata bukan cuma teknologi yang makin maju. Tapi baby juga loh. Maksudnya apa Bun?? Iya, ternyata baby zaman sekarang (baca: Zahia) beda dengan baby zaman dulu (baca: Bunda_based on Uti’s stories). Emang apa aja seh perbedaannya? Let’s start talk about that

Dibedong
# Kalo dulu mah Bunda dibedong sama Uti kalo abis mandi dan mau bobo. Tujuannya supaya kakinya lurus dan ga gerak2 (resep nenek moyang turun-temurun). Acara bedong-membedong ini dilakukan sejak Bunda lahir sampai umur 3 bulan.
# Zahia boro2 dibedong, baru dililitin kainnya ajah udah ngamuk nendang2. Preman bo!!

Tidur pake ayunan atau diayun2 dengan gendongan kain
# Bunda kalo mo bobo digendong dulu sama Yuyut Zahia (baca: Nenek Bunda / Mamanya Uti) pake kain, diayun2, plus didengerin musik. Lagunya apa ajah, dangdut ok, keroncongan ok, lagu2 perjuangan ok, lagu barat juga ok.
# Dari baru lahir ampe udah remaja berumur ampir 14 bulan Zahia baru 1x bobo digendong pake kain sama Neang (almh Mamahnya Ayah). Kalo sama Bunda mah langsung grok2 di tempat tidur sambil nenen. Selain Bundanya males ngegendong pake kain [cangkeul bo!], untuk bikin ayunan juga AyBun ko rasanya ga sreg yah coz banyak kasus sepupu2nya Zahia jatuh dari ayunan. Untuk lagunya pun ga perlu pake tape / radio segala, cukup mendengarkan nyanyian merdu Bunda [yiks!!] dengan lagi favorit Zahia “Shalawat Nabi” atau di-ngaji-in surat2 pendek dari An-Nas sampai Yasin. Cuma Zahia ga mau tuh ditidurin di box nya sendiri, jadi menjajah di tempat tidur AyBun deh [mana bobonya motah pula!_motah tuh Bahasa Sunda, artinya ga bisa diem].

Makan
# Untuk soal makan, Bunda seh gampang banget. Apa ajah dilahap ampe abis [bakat rakus Bunda udah keliatan dari orok]. Dikasih makannya dengan cara tradisional: Bunda dibaringkan di kaki Yuyut Zahia (kepala di ujung jari kaki), trus dibelitkan kain ke betis Yuyut supaya Bunda ga gerak2, baru deh disuapin. Oya, untuk jenis makannya, selain yang fresh2 buatan sendiri juga dikasih biskuit baby.
# Zahia makannya susaaaaaahhhhhhh buangeeeettttttzzzzz. Kadang ampe Bunda desperate tau, Nak! Penyakit susah makan ini mulainya sejak Zahia 8 bulanan. Kalo sebelumnya pas makan bubur apa ajah masuk hap-hep-hap-hep. Kentang, nasi, ubi, singkong, tempe, daging, ayam, bayam, kangkung, sawi, pokonya segala jenis makanan masuk lap-lep. Ludes tanpa sisa. 2 mangkok besar sehari. Tapi now what?? Yey, ampun2an Bunda kasih makannya. Makanan pagi kadang baru abis sore. Hiks! [mohon doanya yah sodara2 supaya Zahia makannya jadi mudah. Ato any suggestion about that??]. Mengenai jenis makannya Alhamdulillah Bunda selalu bikin sendiri, jadi Zahia ga dikasih makanan instant. Say NO to preservative food!!!!!!!

Mimik susu / nenen
# Karena dulu Uti kerja, maka Bunda selain mimik ASI juga dikasih susu tambahan (SuFor S26). Schedule mimiknya per 3 jam, yaitu sbb: jam 6 am sebelum Uti berangkat kerja Bunda dinenein dulu; jam 9 am SuFor; jam 12 pm Uti pulang dulu ke rumah untuk nenenin; jam 3 pm SuFor; jam 6 pm sampe besok pagi lagi Bunda puas2in nenen dunks pastinya.
# Sejak Zahia umur 3 bulan di kandungan Bunda ga kerja lagi (resign). So Alhamdulillah Zahia bisa mimik ASI sampai sekarang (Insya Allah bisa sampai 2 tahun atau lebih). Meskipun mulai dari 1 tahun Bunda udah kasih tambahan SuFor (Dutch Lady), tapi SuFor ini hanya Bunda campurkan di jusnya Zahia ajah. Untuk schedule, Zahia nenen sesuka hatinya, ga pake jadwal yang tetap [mmmm… sebenernya bagus terjadwal atau ga yah??]

Baby walker
# Bunda dimasukkan ke dalam baby walker jika hanya: Yuyutnya Zahia lagi ke kamar mandi; Ua sibuk masak (Ua adalah panggilan untuk ART-nya Uti jaman dulu); dan berbagai alasan urgent lainnya.
# AyBun sepakat bahwa baby walker tidak terlalu memberikan efek positif untuk baby (banyak pendapat ahli yang mengatakan seperti ini). Plus, buanyaaak case baby jatuh / terguling/ meluncur ga kekontrol saat di baby walker [oh no….!]. So, we choose to leave it!

Selimut
Bunda & Zahia termasuk baby AC eksklusif. Bedanya, kalo Bunda mau pakai selimut, kalo Zahia setiap diselimutin ga berapa lama pasti ditendang. Bahkan pemirsa, kalo malem2 Bundanya dah kedinginan & berselimut ria, Zahia mah teteup brutal ogah diselimutin. Pasti ini keturunan Ayah yang kelakuannya juga kaya gituh. Tapi Alhamdulillah Zahia jarang tuh kembung atau masuk angin.

Empeng
Kalo ini Bunda & Zahia memiliki kesamaan, yaitu sejak lahir tidak menggunakan empeng. Kalo Uti ga kasih empeng karena ga mau Bunda ngemut2 plastik (healthy reason) plus agar mulut Bunda ga dower (ngawur reason). Kalo Zahia buat apa pake empeng wong empeng fresh nya tersedia 24 jam sehari.

Dot / botol susu
Mengenai hal yang satu ini Zahia & Bunda pun mengalami nasib yang sama, yaitu GA DIBIASAKAN PAKAI DOT. So, mulai sejak dini kalo mimik kami berdua pakai gelas + sendok.

Cara orang tua membesarkan anaknya pasti berbeda2. Banyak yang mempengaruhi hal tersebut, seperti agama, budaya, lingkungan, pendidikan,serta faktor sosial. So, sebagai orang tua kita harus pintar memilah-milah mana cara yang terbaik, karena hanya kitalah yang tau mana yang terbaik untuk buah hati tercinta [ayo Ayah, kita pasti bisa!!! Luv u so much].

Jumat, 11 Desember 2009

Zahia's Story

Zahia Shahmin Najla. Nama itu Ayah & Bunda cari di Gramedia Pontianak. Hehehe, bukannya kopet-markopet ga mau beli bukunya, tapi AyBun cuma berfikir kalo bisa nyolong2 baca kenapa harus beli. Yup, dari awal memang AyBun sudah sepakat bahwa nama anak kami, laki-laki ataupun perempuan, mulai dari anak pertama dst [kalo Ayah maunya ampe anak ke-5, kalo Bunda ke-3 ajah], harus terdiri dari 3 kata. Huruf pertama dari kata pertama adalah Z (diambil dari Zulfadhli), huruf pertama dari kata kedua & ketiga adalah S & N (dari Susan Noerina). Maka terpilihlah nama unuk putri pertama nan cantik jelita, sholehah, pintar, huebat, meskipun susaaaaah makan [loh???] yang artinya: ZAHIA = cantik, cerdas; SHAHMIN = putri; NAJLA = baik keturunannya, memiliki mata yang indah. Semoga kelak Zahia akan menjadi orang seperti do’a AyBun dalam namanya. Amien.
Back to the past, Bunda masuk Hospital Bintulu tanggal 15 October 2008 jam 9 pm, diantar oleh Mr. Rajan, Mbak Encing, dan Mama Tin, karena air ketuban rembes dari pagi. Waktu itu Ayah sedang dinas luar ke Paong, Bunda sendirian di rumah. Ayah pun baru tau keesokan harinya bahwa Bunda di hospital saat sedang QC di block [yang menyebalkannya Ayah baru dateng tanggal 16 sore…hiks!!]. Zahia lahir tanggal 17 Oktober 2008 [nunggu Ayah ya Nak?], pukul 12.24 am.

Sebetulnya dari jam 9 pm Bunda udah ngerasa pengen BAB. Bunda nongkrong di kamar mandi setengah jam (dan emang BAB beneran), tapi koq setelah si pup keluar bukannya lega malah pengen BAB lagi. Yo wess Bunda nongkong lagi. Mungkin karena lamaaaaaaa, nurse manggil Bunda suruh keluar. Bunda diperiksa (diraba2 gitu deh), trus nurse bilang “gaswat, dah bukaan 2”. Langsung Bunda disuruh masuk ke ruang pemeriksaan, diperiksa lagi dan ternyata udah bukaan 4, di USG juga untuk liat posisi baby dll. Ga lama masuk lagi segerombol nurse yang langsung dengan hebohnya : buka jilbab Bunda [panik mode on langsung minta kain, topi, atau apa ajah yang bisa nutupin kepala]; meretelin gelang, cincin, dan segala pernak-pernik emas; masang jarum infus di tangan; selang untuk pepsi dipasang di v*g**a; ada juga yang nyoba masangin selang sepanjang 40 cm di hidung yang nantinya nembus kerongkongan (Bunda lupa apa namanya, kateter bukan ya??) tapi gagal maning gagal maning padahal udah 4x dicoba [plizz deh ga bangets ampe hidung berdarah2 bo!! Untung ada Ayah yang bisa diremes2 tangannya]. Para nurse ini mempersiapkan Bunda untuk operasi. WHAT?! OPERASI??? Bunda meskipun kepengeeeennn banget melahirkan normal, harus di caesar kata Dokter karena posisi baby sungsang + usia kandungan 32 minggu. Setelah seluruh persiapan beres, Bunda pun diantar ke Dewan Operasi (ruangan operasi). Tapi sayangnya Ayah cuma bisa anter sampai depan pintu operasi, ga boleh masuk (padahal kalo di Indonesia mah bisa di video-in segala).
Ruang operasi ternyata dingiiiiiinnnnn bangets. Bunda, yang emang udah dari sononya cerewet, ngerumpi mulu sama Dokter dan perawatnya. Sebenernya seh untuk menghilangkan rasa nervous + dag dig dug serr. Berikut adalah beberapa percakapan Bunda :

Bunda & Dr. Anastesi, pas mau dibius lokal

Bunda : “Dok, sakit ga disuntiknya? Saya takut disuntik. Lagian katanya suntik di tulang belakang itu sakit banget” (muka panik + gemeteran karena kedinginan)
DA : “Ga sakit ko, tenang aja” (cengar-cengir)
Bunda : “Saya pegang tangan Dokter yah” [genit amat seh Bun!!]
DA : “Tar saya nyuntiknya gimana?” (senyum) [hmmm….bener juga]
Bunda : “Dokterrrrrr muslim kah?” (tambah gemeteran)
DA : “Iya muslim”
Bunda : “Dok, udah belum disuntiknya??? ” [untung Dokternya sabar, thanks yah Dok]
DA : “Udah ko disuntiknya. Ga kerasa apa2 khan?” [huehehe, ternyata…..]

Setelah itu Bunda dibaringkan di tempat tidur (tadi pas dibius posisinya duduk), dikasih pemanas yang bentuknya kaya pengisap debu, trus bagian perut ke bawah dihalangi kain [supaya Bunda ga bisa intip].

Bunda & perawat, pas habis dibius tapi belum mulai operasi

Bunda : “Mas….Mas….. ko saya ngerasa kedinginan banget yah? Pemanasnya digedein dunks” [Mas?? Emang di Jawa!]
P : “Itu sudah paling besar”
Bunda : “Mas orang mana? Orang Arab yah? Ko mukanya Arab banget?” [sotoy mode on]
P : “Bukan, saya orang Dayak Iban”

Itulah efek bius lokal, menimbulkan fatamorgana yang kemudian memicu mulut untuk melontarkan pertanyaan2 ga penting

Bunda & Dokter Bedah, kemungkinan tanya jawab ini dilakukan saat Beliau sudah mau start meng-operasi

DB : “Sakit ga?”
Bunda : “Ga berasa apa2 tuh Doc”
DB : “Ok”

Ya sodara2, ….. I think this is the time. Bunda 100 % yakin pas tadi Dokter nanya pasti perut Bunda udah mulai dibedah. Selama operasi Bunda tetep sadar meskipun agak2 keleyengan. Ga berapa lama tiba2 ada suara “blep …blep…. blep….. wrok…. wrok….. grok”. Aha, inikah suara baby kami? Ataukah suara kodok? Kan ga mungkin ada kodok di ruangan operasi! Tapi Bunda bingung kalo baby kenapa ga ada suara tangisan? Bunda tanya ke perawat yang ngebetulin letak pemanas, dia bilang “Iya itu anak kamu” (dan baru tahu kemudian kalo Zahia bersuara kaya kodok gituh karena ada lendir di hidung & mulutnya). Ya Allah, Alhamdulillah, segala puji hanya bagi-Mu, akhirnya resmi sudahlah kami menjadi orang tua, menjadi seseorang yang kelak akan dipanggil Ayah & Bunda.

Alhamdulillah Allah Maha Besar meskipun prematur tapi Zahia hanya 6 jam berada di inkubator, setelah itu Dr. Andrew bilang kondisi Zahia ok dan bisa ditempatkan di box. Hanya saja yang Bunda sesalkan Bunda ga bisa melakukan IMD (Inisisasi Menyusui Dini) sebab kondisinya ga memungkinkan [maafkan Bunda ya nak….]. Selama di wad anak pun Zahia diberi susu formula karena ASI Bunda belum keluar (walaupun kata nurse Zahia menolak ga mau minum susu itu).

Ini adalah detail data waktu Zahia lahir :
# Berat : 1,86 kg
# Panjang : 43 cm
# AFC : 30 cm
# Apgar Score : 8’95
# S/B : 7.9

Total biaya selama 4 hari di hospital adalah RM 1.709 dengan perincan sbb:

Bunda
Room (kelas 3), yang ada 6 bed di 1 ruangan RM 40 x 4 = RM 160
Rawatan RM 10 x 4 = RM 40
Pembedahan (caesarian) = RM 1.000
Radiologi (USG 2x) = RM 50
Makmal (pemeriksaan laboratorium) = RM 262
Biaya lain-lain (ga ngerti apa aja itemnya) = RM 60
TOTAL BUNDA = RM 1.572

Zahia
Room (Special Care Nursery) RM 100 x 1 = RM 100
Rawatan RM 10 x 1 = RM 10
Makmal = RM 27
TOTAL ZAHIA = RM 137

GRAND TOTAL (BUNDA + ZAHIA) = RM 1.709

Oya, satu lagi kejadian lucu adalah pada saat datang ke hospital Bunda kan ga bawa apa2 (baca: tas yang berisi persiapan2 untuk baby seperti baju, popok, selimut, peralatan mandi, dll), wong belum beli apa2 karena kan AyBun pikir baru 7 bulan. Akhirnya setelah Zahia lahir barulah Ayah ngibrit ke Sing Kwong Supermarket untuk membeli perlengkapan baby. Sedihnya lagi karena saat itu belum gajian dan duit terbatas, maka Ayah hanya membeli: 4 pasang baju + celana panjang, 1 buah topi, 2 pasang sarung tangan & kaki, 1 set tempat tidur baby, 1 lusin lampin, 1 pack diapers, 1 set perlengkapan mandi yang 100 ml. That’s all. Alhamdulillah keesokan harinya Uti datang dari Indonesia dan membawa lusinan perlengkapan baby. Thanks a lot Mom.

Melahirkan memang pengalaman yang sangat menakjubkan (of course gw ga akan mengenyampingkan masa 7 bulan kehamilan), meskipun gw ga mengalami apa yang dibilang orang sebagai perjuangan antara hidup dan mati. Saat kita sendiri mengalaminya, maka saat itu juga lah kita akan benar2 memahami betapa berat, betapa hebat, betapa mulianya seorang ibu [iya Yah, peran seorang Ayah juga sangat besar, mulai dari mewujudkan nafsu liar Bunda selama hamil sampai bergiliran jagain Zahia kalo Bunda ketiduran walopun itu berarti pagi harinya Ayah kerja dengan mata merah & muka kusut. Luv u Hon]. Zahia, jadi anak yang sholehah ya Nak. Jangan nakal. Berbakti sama orang tua. Buat Mama, insya Allah aku akan mencoba untuk selalu menyenangkan Mama.

Kamis, 10 Desember 2009

Fenomena : TKI & Duta Bangsa

Ibarat kata pujangga :

.... " Dimana Bumi Di Pijak Di Situ Langit Di Junjung " ...

Mungkin itulah kata-kata yang tepat kita katakan mengenai TKI dan atau siapa saja yang merantau ke tempat orang. Merupakan sifat dasar manusia yang harus mampu untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi di lingkungannya untuk tetap survive. Kemanapun melangkah dan menetap maka ikutilah adat istiadat dan juga kebiasaan (baik / bagus) yang ada.

Sudah menjadi berita dan juga pengetahuan umum, ada segelintir TKI (legal / illegal) di Malaysia memiliki ta'biat yang sangat buruk. Hampir setiap tahun, terutama di hari-hari besar / libur nasional seperti menghadapi bulan ramadhan, menghadapi idul fitri, tahun baru dan momen yang lainnya di berbagai kota2 besar dan kecil Malaysia ada kejadian-kejadian dalam berbagai skala. Sebagai contoh pada beberapa hari menjelang idul fitri tahun 2008 di Pasar Bintulu terjadi saling bacok antara TKI Jawa - Bugis. Dan latar belakang masalahnya adalah perebutan wanita. akibat dari saling bacok ini 1 (satu) orang tewas. Sekitar akhir Januari 2009 terjadi juga saling bacok antara Sambas - Jawa dan berakhir dengan mengakitakan 2 (dua) orang tewas dengan hanya persoalan wanita lagi.. dan masih banyak lagi cerita-cerita lain yang sungguh memilukan sekaligus memalukan.

TKI sebetulnya dalam perspektif pribadi saya adalah Duta Bangsa dalam hal repsesentasi bangsa. Bagaimana sikap, tingkah laku dan perbuatan adalah melambangkan dan atau mewakili jutaan warga Indonesia di tanah air. Pendidikan yang rendah juga mungkin menjadi penyebab atau faktor utama hal ini semua sering berulang kali terjadi.

Sebagai contoh ringan dan sederhana adalah ketika payday atau pembagian gaji pada awal bulan semua pekerja (TKI = legal / illegal) harus datang sendiri untuk mengambilnya dan tidak boleh di wakili kecuali dalam keadaan sakit parah dan harus menggunakan surat pernyataan khusus. TKI legal akan mendapatkan salary dalam amplop berwarna putih dan yang illegal akan mendapatkan salary dalam amplop coklat atau mereka sering menyebutnya sebagai amplop hitam. Ketika itu suasana office sangat ramai orang dan tidak sengaja seorang Asst. Manager yang notabene adalah warga Malaysia menyatakan dengan suara cukup lantang "Orang Indonesia Berbau Busuk, Mungkin Mereka Tidak Pernah Mandi". Mendengar hal tersebut saya hanya tersenyum sambil nyengir saja. Beberapa menit kemudian teman saya tersebut baru mnenyadari bahwa saya ada disekitar dia duduk dan dengan serta merta dia meminta maaf kepada saya akan ucapannya tadi. Saya katakan : memang apa yang anda rasa sama dengan yang saya rasa, hampir semua mereka yang berada disini beraroma kurang sedap.

Adat istiadat, tingkah laku, kebiasaan hidup sehat dan bersih, dll adalah sesuatu yang sangat sederhana dan umum. Tetapi bila hal itu semua diabaikan, sungguh akan menjadi hal yang luar biasa bahkan menjadi "Stigma Negatif".

Bagaimanakah caranya membuat atau mengirimkan Duta Bangsa yang lebih akan dapat di hargai di negeri orang merupakan masalah besar yang memerlukan penanganan komprehensif....

Quo Vadis TKI........



Bintulu, Sarawak Malaysia

Selasa, 08 Desember 2009

TKI & Human Trafficking

... Pengalaman adalah guru paling berharga ... itu merupakan sepotong kata2 bijak dari jaman dahulu hingga sekarang.

Banyak persoalan di negeri kita tercinta (baca : Republik Indonesia) merupakan persoalan yang sebetulnya sederhana.

Salah satu persoalan yang cukup populer adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Di Malaysia sendiri banyak sekali TKI dengan berbagai fenomena dan kesibukannya.

Secara umum TKI dibagi menjadi2 berdasarkan legalitas : Legal (mendapatkan surat & visa kerja) serta Illegal (hanya bermodalkan passport).

TKI ini sendiri di Malaysia mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam menumbuhkan perekonomian. Hampir di semua sektor dikerjakan oleh TKI, mulai dari tukang sapu jalan, tukang angkut sampah, housekeeper, tukang kebun, bangunan, Pub, Karaoke, dll.

Hampir disemua sektor pekerjaan dan sudut daerah kita akan dengan mudah menemukan TKI.

Tidak dapat di pungkiri banyak orang lebih senang menjadi TKI illegal. Dengan menjadi illegal maka 2 pihak akan untung :
a. Pihak pertama TKI tidak akan dikenai pemotongan pajak dan segala urusan ke-legal-an.
b. Pihak kedua company / tuan / agent juga tidak akan mengeluarkan uang untuk membayar segala kelengkapan dokumen resmi.

Hanya saja para TKI ini banyak yang tidak faham akan dampaknya di suatu ketika nanti. Kenyataan membuktikan banyak TKI illegal yang menetap di dalam kebun / ladang hidup dengan tenang tanpa ada gangguan apapun. Dan mereka juga tidak memiliki masalah ketika akan pulang kembali ke tanah air, karena banyak sekali biro jasa / calo yang bersedia mengurus pulang tanpa dokumen dan dijamin selamat sampai ke tanah air.

Terasa sulit ketika kita harus memilih atau memutuskan dan di hadapkan pada 2 hal :
1. Para TKI yang illegal datang biasanya mereka yang sangat membutuhkan pekerjaan.
2. Para agent / biro jasa / calo sangat membantu untuk menyalurkan mereka kepada user.

jadi apakah ini masuk kategori Human Trafficking?... perlu penjelasan dari pakar masalah ini. Tetapi terlepas akan segala masalah ini kita tidak dapat lari dari kenyataan dan ini adalah real simbiosis mutualisme.

Malaysia adalah negara yang paling dekat dan mempunyai peluang / lowongan kerja yang sangat banyak sekali. Ketika Bangsa sendiri tidak mampu untuk menjawab segala keperluan rakyatnya apakah salah mereka menjadi illegal?

Saya tidak mau membahasnya lebih lanjut karena akan sangat panjang sekali. Cukuplah dengan sepenggal cerita diatas berdasarkan pengalaman sendiri.

Marudi, Sarawak - Malaysia

Selasa, 01 Desember 2009

Lebih Murah di Indonesia atau Malaysia??

Fiuhhhhh….setelah 6 bulan kami mengajukan Pas Lawatan Sosial (PLS 12 bulan) Nyokap ke Imigresen Malaysia Negeri Sarawak (diajukan tanggal 14 Mei 2009) akhirnya hari ini, Selasa, 1 Desember 2009 kami mendapatkan kabar gembira. Permohonan Nyokap diluluskan. Alhamdulilllah ya Allah. Terlepas dari kenyataan bahwa sebenarnya ini sudah molor 3 bulan dari masa yang dijanjikan (karena di “Akuan Penerimaan” tertulis bahwa keputusan akan diketahui selepas 90 hari bekerja yang artinya = 3 bulan), juga kenyataan bahwa kami sudah membayar RM 400 untuk perpanjangan social visit selama 4 bulan (RM 100/bulan), tapi kami tetap bersyukur.

Sekedar flashback, Nyokap datang bulan April. Dari awal kita wanti2 supaya dari Indonesia Nyokap mengurus Single Entry Visa yang berlaku 3 bulan di Kedutaan Malaysia di Jakarta (kalau Dependent Pass ataupun Pas Lawatan Sosial memang diurusnya di Malaysia). Bukan apa-apa, belajar dari pengalaman gw yang saat pertama datang kesini ga punya Single Entry Visa, lalu mengurusnya disini, kami harus membayar sebesar RM 650 (dengan tambahan RM 300 karena selama 3 bulan gw harus melakukan perpanjangan social visit. So total adalah RM 950). Bandingkan dengan mengurus di Jakarta dimana Nyokap hanya membayar Rp 51 rb dengan perincian beli formulir pendaftaran 3 rb + Single Entry Visa 48 rb (berlaku 3 bulan), atau di Pontianak saat kami mengurus untuk Zahia yang hanya membayar Rp 43 rb (berlaku 1 bulan). MANTABS BUKAN SODARA2 PERBEDAANNYA???

Selama kurang lebih 1 tahun 3 bulan 17 hari menjadi penduduk Sarawak (Ayah & Bunda datang Agustus tahun lalu, lalu Zahia menyusul dari perut Bunda di bulan oktober), kami jadi mengetahui ada hal-hal yang lebih murah jika diurus di Indonesia, atau malah lebih murah jika diurus di Malaysia. Seperti :

SIM (Surat Izin Mengemudi)

Ayah Zahia SIM-nya adalah SIM Kalimantan Barat. So ketika disini kebagian mobil dinas tanpa driver, itu berarti laki gw harus punya SIM Malaysia / SIM Internasional terlebih dahulu kalau mau berkeliaran kemana-mana [kecuali kalo mau “kenalan” sama polisinya Malaysia].

Peraturan disini, kalau mau bikin SIM kudu harus musti wajib ikut yang namanya “Kursus Memandu”. Tanpa pandang bulu, apakah lo berbulu atau tidak…..ups!!!….maksudnya apakah lo udah jago bawa mobil, atau dah biasa narik taxi, atau baru belajar pegang setir, semuanya teteup harus ikut kursus tersebut (kursusnya mulai dari teori, table test, praktek, ujian). So, overall biaya kursus sampai dapat SIM Malaysia di tangan adalah sebesar :[jreng….jreng….jreng….mohon yang punya penyakit jantung sudah menyiapkan obat di sebelahnya]

RM 1.300 (=Rp 3.64 jt jika diasumsikan 1 RM = Rp 2.800,-).

Dan tahukah sodara-sodara, setelah mengeluarkan uang sebanyak ini, Beliau baru mendapatkan SIM P yaitu SIM Percobaan. Barulah jikalau lulus masa percobaan 2 tahun maka SIM P (Probationary driving licence) diganti menjadi SIM kompeten (Competence driving licence), dan harus membayar RM 30 (=Rp 84 rb) per tahun untuk perpanjangan. What a wonderful world, isn’t it?!!

Well, Nyokap bikin SIM Internasional di Jakarta, berlaku untuk 1 tahun, hanya membayar Rp 600 rb

[$@%&*?*&@#.......urut dada 3x sambil menghela nafas berat]

KESIMPULAN : Murah di Indonesia [kalau ga percaya hitung sendiri yah]

Passport


Gw membuat passport 1 tahun yang lalu di Singkawang, Kalimantan Barat via agent - biro jasa illegal (baca: calo) bayar Rp 500 rb. Zahia bikin di Kuching hanya kena biaya RM 18 (= Rp 50.400,-) [gggrrrrrrr…..garuk2 tembok!!]
KESIMPULAN : Murah di Konsulat jendral RI Kuching Malaysia

Akte Kelahiran

Zahia bikin Akte Kelahiran di Bintulu tidak dipungut bayaran alias free, dan selesai dalam waktu 10 menit (karena semua dokumen sudah lengkap, hanya mengisi formulir). Gw ga tau seperti apa prosedur bikin Akte di Indonesia & bayar / gretongan, jadi ga bisa membandingkannya. Any opinion about this??

Seperti kata pepatah, “Lain Lubuk Lain Belalang, Bujang Lapuk Hidungnya Belang” [plizzzz deh Bun, mana ada pepatah kaya gituh!!!!!] …… maksud gw, karena udah malam dan asli gw ngantuk + laper [ga nyambuuuunnngggg], so untuk hal-hal lain yang berkenaan dengan banding-membanding antara tanah air tercinta dengan tanah perantauan tersayang ini akan gw lanjutkan pada session berikutnya. Nite! Have a nice dream