Selasa, 30 November 2010
Sabtu, 27 November 2010
Demi Sebuah Lift Bening
Otreh, kembali ke rumpian awal. Hari ini, tanggal 28 November, seorang teman Zahia, Bang Azka, berulang tahun ke-5. Menurut kabar yang beredar di KISS kemaren sore, Abang ganteng nan baik hati ini ga minta hadiah apa2 dari Mama Vera dan Papanya. Cumaaaaaaa [teteup dunks ada cumanya], doski pengen diajak muter2ke seluruh mall di Jakarta Raya untuk naik lift seharian, ampe gempor. Hohoho, Bang Az emang lagi kecanduan naek lift, apalagi yang bening2.
So, dengan tekad ingin memberikan hadiah spesial buat Bang Az, Zahia sama AyBun bela2in ngemall tengah hari Sabtu bolong, tujuannya apalagi kalo bukan berpoto2 narsis di lift. Meskipun menanggung beban mental dianggap sebagai rombongan kelompencapir dari ndeso, kami tetap teguh kukuh, tak surut barang sedetikpun, untuk melaksanakan niat mulia (baca: memberikan kado super duper spesial pake telor karetnya dua, kepada Bang Az) [ada yang pesen nasi goreng pedes kah??]. Pemotretan dilakukan di Boulevard Hypermart, salah satu pusat perbelanjaan yang ada di Miri, menggunakan kamera pinjaman dari kantor Ayah [ketauan kaga modalnya]. Bujug dah, keluar dari lift gw langsung keleyengan. Gimana kaga, wong naek turun ada 7 kali demi mendapatkan gambar yang bagus dan ‘ga goyang’. Semoga suka yah Bang Az.
Ups, lupa doanya! Zahia + AyBun doain moga2 Bang Az sehat selalu, sekolahnya makin pinter, jadi Abang yang hebat untuk dedek Alisha, dan bisa bikin bangga Mama Papa. Semoga sukses juga program dietnya, jadi bisa cepet2 disunat. Amieeeeennnn. Jangan lupa kue ultahnya dikirim ke Miri, Zahia kan pengen icip2.
Rabu, 24 November 2010
Refleksi : Blogger & Kehidupan Nyata
Blog adalah salah satu sarana komunikasi dalam dunia maya yang cukup mendapat respon yang positif dari berbagai kalangan, walaupun tak dapat dipungkiri ini juga sering kali di salah gunakan. Blog yang saat ini kita kenal tidaklah se-exclusive beberapa taon lalu dimana harga / tariff internet saat ini sudah sangat murah dan terjangkau.
Dalam kondisi inilah rupa / wajah dunia nyata kemudian menyeruak masuk juga kedalam penampakan Blog. Secara sadar atau tidak kita sudah masuk dalam suatu komunitas yang mengkotak2. Berbagai tema, topik, disiplin ilmu dan apapun lah namanya menyatu dalam dunia maya ini. Sang empunya blog ato yang sering di sebut Blogger supaya lebih keren kemudian membentuk ruang2 tersendiri sesuai dengan minat, bakat, kelas, strata, kasta, tingkatan sosial, dll yang secara sadar atao tidak sudah terbentuk dengan sendirinya.
Pertemanan, relasi dan komunikasi yang terbentuk sedemikian rupa juga memperlihatkan adanya sistem atao gejala "gang-isme" seperti ketika jaman kita masih sekolah dulu. Kemudian banyak yang bertanya apakah itu kemudian salah dan kurang tepat?... semuanya benar dan semua tidak salah karena bukanlah hak seseorang untuk mem-Veto tentang hal ini benar atao salah.
Makna semuanya adalah dunia blog juga bisa memberikan gambaran nyata betapa sifat dan kehidupan dunia nyata juga terjadi dalam ruang dunia maya yang hanya selebar layar monitor laptop / PC.
Ulasan ini hanyalah instrospeksi kami selaku pemula dalam dunia ini yang mana beberapa hari lagi akan genap berusia setahun... tak terasa dunia bergerak dan jantung berdegub. Semoga kita semua bisa memilah dan memilih sesuai dengan hasrat dan keinginan kita. Jangan sampai kita terjebak lagi seperti dalam dunia nyata yang masih melihat manusia dalam kelas2 / strata2 tertentu.
Marudi, ... Ayah ...
Rabu, 17 November 2010
Happy Idul Adha 1431 H
HAPPY IDUL ADHA 1431
HAPPY IDUL ADHA 1431
4x Lebaran di negeri orang (Idul Fitri 1429 H, Idul Adha 1429 H, Idul Adha 1430 H, Idul Adha 1431 H). Sesama negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Serumpun. Iklimnya pun sama, tropis. Tapi kenapa rasa ketika hari raya tiba jauh berbeda?
Saat itu kami stayed di camp. Berdua saja, karena Zahia masih di dalam perut. Habis sholat magrib & Isya, Abang takbir sendirian di rumah, karena di camp memang ga ada masjid. Hiks, betapa gw merindukan susasana malam takbiran di kampung halaman: orang keliling2 kota sampe pagi; naik truk, motor, ato mobil; mengumandangkan takbir, kadang disertai dengan tetabuhan galon air minum, drum, gendang, ato apapun yang bisa ditabuh. Semarak dan meriah bukan main.
Jam 7-an orang mulai berdatangan. Bagian dalam dan luar (baca: halaman parkir) mulai terisi penuh. Seorang Bapak2 pengurus masjid berusaha mengatur para jama'ah. Sayang sungguh sayang Beliau menertibkan orang2 sambil memakai toa. Hasilnya? Suara takbir tumpang tindih dengan suara Si Bapak. Gw jadi keilangan mood tiba2, dan kepengen ngelempar tu orang dengan kotak amal. Ini masjid apa pasar ikan seh?!?! Alhamdulillah sebelum gw naik pitam ampe ubun2, lalu melakukan perbuatan tidak manusiawi, jarum jam menunjukkan angka 8. sholat Idul Fitri pun dimulai. Allahu Albar!
Sorenya, kami mengundang tetangga [inget kan kalo tetangga gw cuma beberapa gelintir, yaitu Mr. Indihe, Mr. Phillipino + pacarnya] utuk makan di rumah. Menunya adalah ketupat nasi + ketupat ketan (mesen ke orang Bugis), opor ayam, sup tulang, daging rendang, es kopyor, kue lapis Marissa (beli di Farley), dan kue tart coklat (pesen di Chef). FYI, semua lauk yang gw sebutkan bikinan laki gw coz pada masa itu gw belom bisa masak. Oya, sebenernya kami juga mengundang pekerja2 di barak, tapi entah kenapa ga ada yang nongol sebijipun.
Idul Adha 1430 H
Idul Adha 1431 H
Gw pikir, Lebaran di Miri tentu akan sangat berbeda (baca: lebih meriah) dibandingkan dengan ber-Lebaran di camp. Wong kota besar gituh loh. Tapi harapan tinggallah harapan. Kami ga mendengar suara takbir [padahal dibelakang rumah ada surau. Setiap hari, setiap waktu sholat tiba, adzan bisa terdengar meskipun sayup2 suaranya]. Pun tidak ada orang bertakbir keliling kompleks. Yang ada hanyalah lampu warna warni menghiasi beberapa rumah, sebagai penanda bahwa penghuninya muslim. Lagi2, sama seperti waktu masih di camp, seusai sholat maghrib Abang bertakbir kenceng2, sendirian.
Lalu malam itu menjadi malam yang panjang. Gw dan Abang baru grok2 jam 12 lewat. Nyokap apalagi, jam 1 baru kebo. Penyebabnya bukan lain bukan tidak karena besok Abang mengundang beberapa teman asal Indonesia untuk makan siang di rumah. Berhubung di rumah kami diterapkan prinsip demokrasi kerakyatan yang penuh tenggang rasa, maka urusan masak-memasak dibagi2. Gw bertanggung jawab terhadap ayam bakar dan balado kentang udang. Nyokap ngerjain urap, sambel, dan tempe tahu bacem. Abang kebagian tugas bikin rendang daging. Nah Zahia ngapain, Bun? Tu bocah seperti biasa, S3. Seksi sibuk sekalee (baca: sibuk ngerecokin).
Rabu, 10 November 2010
Zahia, si Anak Pantai
Jam 4.30 pm, ngaret 1 jam dari jadwal seharusnya, kami cabut dari rumah. Uti membatalkan untuk ikut karena mo nonton Indonesia’s Got More Talent, acara kesukaan Uti setelah Take Me Out dan Happy Song [hidup Indosiar!!]. Tumben2nan neh Bun barang bawaan ga seheboh biasanya, dan itu bikin Ayah Zahia menghirup napas lega secara doski kuli panggulnya. So, apa ajah seh isi tasnya, jadi penasaran? Ga banyak koq, cuma baju ganti Zahia, susu dan bekel makanan Zahia (bubur nasi + kacang merah + brokoli + telur), kosmetik Zahia (bedak, minyak telon, lotion, sisir), ember & sekop dan peralatan maen pasir lainnya, sponge cake buat camilan dikala laper, dan air mineral.
Mengingat kami berangkat udah hampir pukul 5, maka tempat tujuan yang semula di Luak Bay, kira2 1 jam-an dari rumah naek mobil, beralih menjadi Taman Selera yang lumajan lebih dekat, yaitu ½ jam lebih sedikit.Oooohhh berarti Taman Selera adalah nama pantainya yah Jeng Soes? Bukan … bukan, itu nama tempat makan yang terdiri dari banyak kedai, berada di pinggir pantai. Kalo pantainya sendiri ga bernama alias anonim. Selain itu, di tepi pantai [ga tepi2 amat seh] terdapat taman dengan banyak tempat duduk, playground, kamar mandi yang bersih. Pokonya komplit deh fasilitas disono.
Agak2 susah juga nyari tempat parkir karena hari Minggu, sore pula, dimana banyak orang pengen menghabiskan waktu untuk melihat sunset yang indah bersama keluarga, pasangan, atopun hewan peliharaan seperti buaya contohnya [hiiihhh, niat amat yak miara buaya?!]. Sukses parkir bukan pada tempatnya [syukur2 ga kena tilang], dengan bergegas, kami langsung menuju pantai. Zahia, yang biasanya kalo ngeliat ayunan dan perosotan suka kalap, kali ini mah lempeng2 ajah. “Nda .. nda … pantai. Horee … horrrreeee”, beitu kata Tuan Putri sambil lompat2 ala anak kangguru dan mengangkat tangan ke atas .
Pantainya indah. Lumayan bersih. Ada juga darmaga yang cocok buat poto pre-wed. Di sebuah batang pohon tua kering, tergeletak di pinggiran pantai, kami meletakkan sandal dan harta benda lain. Tanpa membuang waktu Zahia dan Ayah mulai maenan pasir, bikin kue tart yang diatasnya dihiasi biji2 pinus. Bunda sebagai penjaga barang nongkrong ajah di atas pohon [lutung kaleeee], maksud ekye duduk di atas batang pohon, sambil sibuk poto2. Sempet juga ngayal pengen punya rumah di tepi laut, di sebelah rumah banyak ditumbuhi pohon kelapa, so kalo gw haus tinggal minta Abang panjat tu pohon dan bikinin es kopyor buat gw. Wow, kayanya romantis banget. Tapi pikiran itu langsung gw buang jauh2, ngeri ngebayangin tiba2 ada tsunami, yang ketinggian ombaknya 10 meter. Hadoooh, mana gw kaga bisa berenang pula! Maka gw pun kembali pada pemikiran sebelumnya, kepengen bikin rumah di tengah hutan ajah, dikelilingi pohon duren, rambutan, sawo, nangka, dan jengkol [bener2 naluri orang utan dah]. Kami pulang ketika jam di tangan sudah menunjukkan pukul 6 pm. Wiken yang menyenangkan. Thanks yah Ayah Ganteng. Boleh dunks kapan2 ke pantai lagi, tapi mbok yah jangan di Miri mulu, di Phuket gituh loooohhhhh.
Jadi pengen ngegelar tiker kan ngeliat pohon rindang kaya beginih?
Bersih banget. Yakin deh kalo di Indonesia tamannya dah dipenuhin sama gepeng & tukang asongan
Bersih-sih-sih-sih-sih ... !! Harus dapet piala Adipura
Hehehe kebayang deh Ayah kerja pas hari Senen pake tas Hello Kittynya Zahia. Pasti keren bangets!
Sebelom maen, mimi susu dulu Sayang
Kembaran ni yeee. Sama2 pake celana pendek. Sama2 pake topi. Tapi kenapa Ayah topinya ga pinky aming juga? Pasti suamikyu keliatan lebih manis dan kemayu hihihi
Serius amat Nduk ngambil pasirnya. Tapi jangan banyak2 trus diekspor ke Indonesia yah
Mata mendelik, kaki jingkat2. Kepiting .... oooohhhh kepiting ...
Bunda & Zahia nyari harta karun. Berharap nemu dompet ato cincin berlian
Dikejar Satpol PP, Jeng?
Senengnya maen air
Mo nangkep apaan Say?
Hasil jepretan Ayah. Hhhmmm ... artistik. I love it, Hon!
Kamis, 04 November 2010
Studi Banding? Ke Laut Ajah!!
Marilah sodara2 sekalian kita buka kamus Bahasa Indonesia dengan khidmat dan teliti untuk mencari apa sebenernya pengertian dari kata2 tersebut. Studi adalah belajar, penelitian ilmiah, kajian, telaahan; sedangkan banding yaitu persamaan, tara, imbangan. Maka, jika digabungkan, pengertian kedua kata tersebut ialah : suatu kajian ilmiah dengan mencari imbangan dari kasus yang sama atau serupa di tempat lain. Seyogyanya, peserta studi banding merupakan orang2 dengan pemahaman bagus terhadap bidang yang akan distudi-bandingkan, serta kemampuan menyerap ilmu dengan baik, supaya setibanya di kampung halaman ilmu baru yang diperoleh dapat diaplikasikan secara tepat.
MAMPUKAH MEREKA?
Itulah pertanyaan yang banyak berkelebat di dalam otak jutaan masyarakat Indonesia, saat wakil2nya di Dewan berencana untuk mengadakan studi banding, ke luar negeri pula. Jangan salahkan ketika banyak opini miring bermunculan. Pemicunya bukan hanya satu, tapi banyak hal. Antara lain:
1. Anggota dewan terpilih berdasarkan suara terbanyak, bukan keahlian yang dimiliki.
Siapa punya banyak pendukung dalam Pemilu, maka dialah Sang Pemenang. Oke oke, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam menjatuhkan pilihan, banyak pemilih masih sembarangan. Karena dihujani oleh kiriman kaos dan sembako,padahal bahan kaosnya tipis dan kasar sehingga bisa digunakan sebagai saringan, maka jatuhlah talak kepada si pemberi. Dikasih duit ala kadarnya yang udah tentu ga cukup untuk kasih makan keluarga dalam sebulan, langsung berserah suara. Dihadiahkan alat2 pertanian, mesin air, genset, serta kebutuhan2 lain yang diperlukan desa, berbondong2lah orang memilih tuan yang baik hati itu. Akibat dari uang berbicara itulah maka banyak caleg yang kurang ato bahkan ga ‘qualified’ sama sekali justru tepilih.
2. Maraknya kasus jual-beli ijazah.
Makin maju suatu peradaban,semakin canggih juga orang2nya. Kalo dulu di pasar yang di perjual-belikan adalah sayur, buah, ikan, daging, ayam, jaman sekarang ijazah sudah menjadi salah satu komoditi tersebut. Kasus caleg yang cuma lulusan SMA, tapi tau2 punya ijazah dari sebuah perguruan tinggi, bukanlah isapan jempol. Pun bukan rahasia umum lagi. Efeknya apa sodara2? Titel boleh tinggi, deretan MSi MSc dan MM (baca : Mall Metropolitan) membuat penulisan nama menjadi lebih panjang dan seakan2 terlihat sangat intelek, tapi isi otak kosong melempem. Pantas saja almarhum Gus Dur pernah berkata bahwa DPR ga lebih dari sekumpulan anak TK.
3. Anggap saja benar2 bersekolah, tapi kemudian salah jurusan.
Salah jurusan yang gw maksud disini bukan naik bus Kp. Rambutan - Bogor padahal tujuannya ke Lampung. Tapi, ketika seorang yang anggaplah benar2 lulusan dari sebuah perguruan tinggi, meraih gelar Sarjana Sastra Jawa, IPK alhamdulillah cukup buat makan, kemudian terpilih dalam Pemilu dan duduk di Bidang Anggaran. Nah lho? Mati kutu dah. Dengan alasan itulah studi banding menjadi satu2nya cara belajar efektif agar kekurangan pengetahuan dan skill doski akan cepat didapat dan dikuasai. Pertanyaan berikutnya: apakah iya studi banding yang jangka waktunya relatif singkat dapat segera menambal ‘kekurangan’ tersebut? Jangankan Sarjana Sastra, wong Sarjana Ekonomi ajah kalo disuruh nyusun anggaran masih megap2 [kasus temen gw yang disuruh nyusun Budget Capex perusahaan sama bosnya langsung bengek 3 hari 2 malam].
SEBERAPA EFEKTIF?
Tingkat kepercayaan masyarakat bahwa studi banding itu efektif sangatlah rendah. Tak heran ada stigma ‘studi banding = pelesiran’. Coba kita tengok negara2 yang dipilih sebagai tujuan studi. Afrika Selatan, sebagai tempat mencari ilmu mengenai Pramuka. Apakah memang Pramuka di Afsel sudah sedemikian majunya? Berikutnya, Yunani. Ada yang bisa jelasin ga seh kenapa harus ke Yunani buat belajar etika? Kenapa bukan Yu Yati ato Yu Gemi? [hihihi itu mah tukang baso di Cilegon]. Bagusan juga pergi ke Jepang. So jikalau pada akhirnya dinilai gagal dalam menjalankan tugas,mereka ga sungkan2 untuk mengundurkan diri, ato harakiri sekalian (baca: bunuh diri).
Akibat pemilihan negara tujuan studi banding yang seringkali tidak selektif, karena tidak cocok dengan substansi masalah yang sedang dipelajari, serta ketidaksamaan dalam sistem politik, sosial, dan kondisi geografis dengan Indonesia, maka gw merasa bahwa studi banding ga efektif dalam mengatasi permasalahan di dalam negeri. Kalo beda 180 derajat lalu gimana mo mengaplikasikannya?
Bisa dibilang gw adalah orang yang selalu suudzon dengan Anggota Dewan Kurang Terhormat. Bisa dikata gw kejam, karena punya pikiran daripada piara DPR bagus piara tuyul, jelas2 menghasilkan duit bukan malah ngebuang2. Ups, tuyul haram yah bo? Gw ganti deh jadi piara ternak, entah itu sapi, kebo, ato domba. Dikasih pakan berkualitas, badannya semakin hari semakin montok, mendekati Idul Fitri ato Idul Adha dijual, pasti banyak yang mau beli dengan harga tinggi. Nah kalo Anggota Dewan, udah mah dikasih fasilitas2 nomer 1 [liat dunks mobilnya, coba dibeliin kerupuk udah dapet berton2 kerupuk plus tempat pikulannya plus emang2 yang jual], gaji dan insentif ini itu ditambah duit rapat gini gitu yang kalo ditotal jumlahnya cukup buat beliin susu bayi2 di pengungsian, bukannya memberi masukkan dan ide2 terbaik untuk Negara, eh malah jadi lintah. Iya, lintah. Nempel, ngisep darah, kalo udah kenyang ga juga mau lepas. Ga tau diri!
Dua orang sepupunya Abang, mejadi anggota DPRD Tk.II, satu di kota A, satu lagi di kota B, Kalimantan Barat. Yang di kota A keren sekali, suami istri dua2nya menjadi anggota dewan. Mereka berdua tamatan SMA. Waktu kami silaturahmi Lebaran ke rumahnya, Sang Istri cerita mereka baru pulang dari S’pore, bareng anggota dewan lainnya. Gw pun bertanya2 apa gerangan yang dikerjakan orang2 itu ke S’pore? Kalo mo studi banding, apa yang di-studikan? Apa yang di-bandingkan? Karena setau gw, kedua orang itu (baca: sepupu Abang, otomatis sepupu gw juga) ga bisa berbahasa inggris. Atokah bahasa sehari2 di S’pore adalah bahasa Melayu? Di ujung cerita, gw hanya melempar secuil senyum serta anggukkan kepala sebagai bentuk menanggapi, saking ga tau harus bicara apalagi, sebab dari keseluruhan cerita kegiatan jalan2 dan blanja-blanjilah fokus pembicarannya.
Di kota B, sodara Abang bernama, mmmmm … sebut saja Mawar. Ok, secara Mawar sangat lazim digunakan koran Lampu Merah untuk menyebut inisial seseorang [ada yang pernah baca koran ituh?], maka gw akan ubah namanya menjadi Pinus. Iya, gw ga tertarik lagi dengan nama bunga, makanya gw pilih nama pohon. Back to the topik, lakinya Pinus adalah anggota Dewan. Saat gw maen ke rumahnya, di tengah2 acara ngemil tempe goreng dengan cabe, dia ngomong begini:
Pinus : “Teh, kemaren Pinus dari Bandung loh” (mesem2)
Gw : (nambah tempe untuk kali ke-7, tanpa cabe, karena bibir dah jontor kepedesan) “Ngapain?”
Pinus : “Kan ada pelatihan istri anggota Dewan”
Gw : (muka lempeng) “Pelatihan apaan?”
Pinus : “Pokonya pelatihan gituh deh. Soalnya kan udah ada anggarannya. Oya Teh, hotel kami deket Pasar Baru lho. Jadi Pinus sama istri2 anggota Dewan lainnya belanja kesana. Tapi penuh banget. Desek2an. Makanya cuma sebentar”
Gw : (berpikir dengan serius kenapa pada cerita pelatihan yang menggunakan uang rakyat garis bawahnya justru adegan belanja di Pasar Baru) “…………….”
Pinus : (level mesem2nya meningkat jadi cengar-cengir) “Tar bulan depan juga ke Bandung lagi Teh. Ada pelatihan lagi”
Gw : (nyolot semangath ‘45) “PELATIHAN APAAN??”
Pinus : (cengar-cengir kuda lumping makan beling keselek lembing) ”Ya pelatihan istri anggota Dewan, Teh”
Temans, dua contoh itu bukan gw denger dari orang lain, media cetak, ato versi sinetron di tipi. Itu adalah percakapan nyata antara Jeng Soes versus anggota Dewan, yang merangkap sebagai sodara. Mereka pun ‘hanya’ DPRD Tk.II, bukan yang di pusat. Tapi ternyata gejala2 gilanya sama kan?!
Sekali lagi, tulisan ini hanyalah jeritan hati seorang emak2 seksi pengamat pasar, sekaligus pemerhati cowo2 ganteng kaya Tom Cruise, Ashton Kutcher, dan Raffi Ahmad di pilem ‘Jeruk Purut vs Jeruk Bali’. Gw minta maap karena gw yakin, diantara segerombolan maling2 berdasi yang kerjanya bikin miskin Negara, pasti ada barang sebiji dua biji tiga biji [banyak amat bijinya, San?] makhluk2 berhati malaikat, melaksanakan amanat rakyat dengan jujur, bersih, adil, dan membela kepentingan wong cilik.
Saran gw buat MA, sekarang kan teknologi udah luar biasa maju. Informasi2 apapun bisa dicari melalui internet. Banyak literatur yang bisa dipelajari. Kalo ga puas, bisa dilakukan korespondensi dengan staf ahli dari negara lain. Kalo masih ga puas, datangkan si ahli tersebut, toh mendatangkan 1 orang lebih murah pastinya daripada memberangkatkan pasukan secara berbondong2. Dan gw yakin masih banyak alternatif2 lainnya, yang tidak memboroskan uang negara.
Diatas itu semua, prioritas utama haruslah diletakkan pada kebutuhan2 yang tingkat urgensitasnya tinggi. Seperti saat ini, dimana bumi Jawa Tengah & Yogyakarta sedang dicumbui erupsi Merapi, tanah Mentawai diciumi tsunami, sungguh tidak patut rasanya jika duit bermilyar2 malah dialokasikan untuk perjalanan dinas ke luar negeri. Justru inilah waktu paling tepat untuk menunjukkan bahwa tanpa studi bandingpun para Anggota Dewan yang terhormat masih memiliki etika dan moral.
Note: Para pengungsi makan ala kadarnya. Di Yogya, mereka makan hanya dengan nasi + tempe + kerupuk. Bayi2 dan anak2 kecil ga minum susu, ga makan sayur, ga makan buah. Ketersediaan air terbatas. Ketakutan, trauma, menghantui setiap saat. So kelaut ajah deh yang judulnya DPR kalo masih kekeuh mo STUDI BANDING. Oya, ke sumur juga boleh. Ato sekalian ke Merapi biar icip2 sedikit gimana rasanya ‘wedhus gembel’. Salam metal!!