Jeng Soes, kemana ajah baru nongol lagee? Hadoh hadoh hadoh, perasaan minggu ini hectic banget dah! Mulai dari tetangga yang kena musibah (lakinya meninggal di dalam mobil, baru ditemuin 2 hari kemudian), seorang teman yang dateng nangis2 darah dan curhat tentang lakinya udah lama ga pulang dan kasih nafkah lahir batin, laki gw yang kejar tayang dinas luar terus2an [plizz deh Yah Bunda kan jablay!!], ngurusin rumah dan anak tercinta, ampe pening mikirin bisnis gw yang jalannya tersendat2 gara2 orang yang ngejualin barang2 dagangan dah 5 bulan kaga nyetor. So mangap yah Temans kalo gw dah lama kaga berkunjung ke blog ente2 semua.
Baiklah, kembali ke laptop. Gw akan mencoba fokus pada tujuan penulisan kali ini. Ada beberapa Temans yang bertanya di blog keluargazulfadhli, pada saat komen, mengenai banyak hal. Apa ini, apa itu. Mengapa bisa begitu, mengapa bisa begini. Ok lah, daripada Temans penasaran, kali ini di segmen “Situ Bertanya, Sini Menjawab, DJ Susan akan memberikan jawaban yang tepat, jelas, dan tidak berlete2 (baca: bertele2), pada pertanyaan2 yang dilontarkan.
Pertanyaan No.1
Penanya → nama di KTP = Muhammad Rosyid; nama beken = Jazz Muhammad [kenapa bukan Java Jazz Festival, ato Jazz Go To Campuss, Syid??]
Pertanyaan → “Gimana ceritanya bisa ampe nyasar ke M’sia?” Sepertinya Bung Ocid [kalo ini nama kesayangan dari Zahia buat Beliau] bertanya asal muasal laki gw ampe bisa kerja disini. Bukan begituh Om inti pertanyaanmyu? Kalo gw salah nangkep plizz dikoreksi yah.
Jawaban :
Ceritanya panjang. Tapi gw akan mencoba menjelaskan sejelas2nya, dalam tempo yang sesingkat2nya [proklamasi kalee]. Dulu, sekitar bulan April 2008, pas gw dan Abang masih kerja di Kaltim, gw ngeliat di jobstreet.com ada lowongan kerja di suatu perusahaan forestry di M’sia, untuk posisi Forester. Kualifikasi yang diminta adalah sarjana kehutanan / pertanian yang telah bekerja selama 10 taun. Bermodalkan nekad dan motto hidup ‘maju terus pantang mundur kaya undur2’, gw pun memasukkan CV Abang ke alamat email yang tercantum. Yah, kami seh nothing to lose ajah, meskipun sadar banget kemungkinannya tipis, sebab pengalaman Abang bekerja baru setengah taun dari yang diminta. 1 bulan kemudian, ada balasan dari Mr. F, yang belakangan kami ketahui bahwa Beliau adalah GM. Beliau bilang perusahaan sedang mencari orang untuk posisi Quality Control, dan Beliau tertarik ketika membaca pada CV Abang ada pengalaman di bidang QC. Maka dari itu Beliau menawarkan posisi tersebut kepada Abang. Email2 selanjutnya penuh dengan pertanyaan dan jawaban yang dilemparkan oleh kedua belah pihak, sekaligus Beliau memberikan penawaran mengenai gaji, benefit, dan detail pekerjaan. Akhirnya, terjadilah komunikasi yang intensif antara Abang via gw dan Mr. GM [coz gw di HO dimana jaringan internetnya lancar jaya, dan Abang di Estate / camp yang mana internetnya seringkali dalam keadaan mati segan hidup tak mau]. Alhamdulillah, pada bulan Agustus terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak, ditandai dengan dikirimnya kontrak kerja kepada Abang. Kami pun berangkat ke Miri pada tanggal 14 Agustus 2008, dari Singkawang. Agak2 amaze juga sebenernya karena sama sekali ga ada proses interview dll. Bener2 rezeki Zahia deh [saat itu gw lagi bunting].
Secara singkat, berikut adalah tips mencari kerja di luar negeri :
1. Siapkan CV yang bagus dan menarik untuk dipelajari [mohon masukkannya juga dari Temans yang berpengalaman dalam membuat CV secara baik dan benar dan sesuai UUD’45]. CV biasanya terdiri dari :
- Data pribadi. Cantumkan yang penting2 ajah seperti nama lengkap, tempat tanggal lahir, background pendidikan plus IPK, status (udah merid ato masih jomblo, punya anak berapa), kemampuan yang dimiliki (misalnya menguasai 11 bahasa asing, menguasai seluruh program komputer). Yang aneh2 kaga usah dicantumin, misalnya tinggi & berat badan [kecuali ngelamar jadi model ato kuli panggul], golongan darah [yakinlah perusahaan mencari pegawai, bukan donor darah], ukuran sarung [lo pikir mo Lebaran apa?]. Untuk poto juga kaga usah terlalu narsis dengan masang poto ukuran postcard.
- Pengalaman organisasi, training2, seminar2, dan kursus2 yang pernah diikuti, cukup semenjak jaman kuliah, ga usah mulai dari TK. Masukkan pengalaman yang memiliki benang merah dengan posisi yang diincar. Jangan ngelamar jadi accounting terus masukkin pengalaman waktu ikutan kursus bikin kue di Bogasari. Pling doss (baca: pliss dong)!!
- Pengalaman kerja. Start dari kapan ampe kapan, posisinya sebagai apa, dimana, detail pekerjaan secara singkat, nama dan jabatan atasan, jumlah anak buah yang bertanggung jawab kepada kita [jika ada]. Mulailah dari pekerjaan yang sekarang masih digeluti, ampe yang paling awal.
- Referensi. Bisa mencantumkan nama bos kita di masa lampau, ato orang2 lainnya yang sekiranya dapat memberikan referensi bagus mengenai kualitas kerja kita. Cantumkan nama lengkap Sang Pemberi Referensi, saat ini Beliau bekerja dimana, jabatannya apa, nomor telepon, dan alamat email.
2. Mencari lowongan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan sebelumnya. Sesuaikan dengan kapasitas diri. Jangan fresh graduate berojolan pertanian ngelamar sebagai manager keuangan di perusahaan farmasi. Biasanya website favorit gw dan Abang dalam hunting lowongan kerja adalah: jobstreet & fridayoffcuts [yang ini info lowongan kerja untuk bidang Forestry di Australia dan NZ].
3. Setelah mendapat respon positif dari perusahaan yang kita lamar, langsung cari info mengenai perusahaan tersebut, untuk mengetahui seberapa bonafid perusahaan tersebut, apa saja bisnis unitnya, silsilah perusahaan, dll. Kadang langkah ini bisa juga diambil pada saat lagi searching, jadi bisa diputuskan apakah kita jadi melamar ke perusahaan itu ato ga. Info ini juga berguna semisalnya ada interview trus si interviewer berniat mengorek sejauh apa lo mengenali perusahaan.
4. Jika sudah berkontak2an dengan perusahaan, sebaiknya tanyakan segala sesuatunya dengan detail, sampe ke hal yang kita anggap remeh-temeh. Gapapa ko dibilang cerewet, soalnya pening bo jikalau terjadi sesuatu hal yang ga diinginkan ato merugikan gara2 kedodolan kita lupa bertanya sesat di pasar. Contoh pertanyaan penting :
- Status yang didapat. Jika sudah berkeluarga pastikan mendapat Family Status, sehingga anak dan istri tercover oleh perusahaan mulai dari tiket cuti, biaya kesehatan, dll. Karena banyak teman2 sekantor Abang yang dari Phillipine, meskipun udah berkeluarga, dapetnya Single Status. Hal ini terjadi dikarenakan mereka kurang teliti [ato kaga paham?] pada saat signed kontrak. Kalo udah gituh repot jadinya. Istri dan anak jika berkunjung kudu biaya sendiri. Oya, awalnya kami juga ga ngeh dengan Single Status dan Family Status, tapi Nyokap ngasih tau karena Beliau kebetulan ngurusin kaya beginian.
- Siapa yang menanggung tax dan levy, berapa besarannya. FYI, Abang kena tax untuk 6 bulan pertama 28 % per bulan [ditanggung oleh pekerja boooooo, nangis darah gw! Bener2 peraturan kerajaan yang kejam!], abis itu setelah 6 bulan yang menyesakkan dada dan bikin menteri keuangan kena bengek akut, tax-nya menjadi 300 RM per bulan. Levy ditanggung perusahaan.
- Kontrak kerja per berapa tahun.
- Jaminan kesehatan kaya gimana, berapa limitnya, sistem asuransi ato reimburse.
- Perumahan kaya gimana. Jangan ampe harus ngontrak rumah sendiri tapi ga dikasih Housing Allowance dari perusahaan.
- Visa, baik visa pekerja, maupun visa anak istri. Kalo di tempat Abang, visa pekerja ditanggung company, kalo visa gw dan Zahia nanggung sendiri. Ini berlaku untuk seluruh ekspat lainnya yang ada di perusahaan ini [kaga tau dah kalo di perusahaan lain].
5. Jika sudah deal, pastikan dokumen2 penting dan segala sesuatu menyangkut pemberangkatan siap semua. Passport, kontrak kerja (karena di imigrasi akan diminta bukti bahwa lo memang berangkat ke M’sia udah ada perusahaan yang siap menampung), tiket (apakah beli sendiri dulu baru tar diganti perusahaan, ato perusahaan yang langsung membelikannya), duit Ringgit. Jangan pernah nuker duit di airport karena nilau tukarnya jauuuuuhhhhh lebih mahal dibandingkan jika kita menukarnya di Indonesia. Untuk working permitt dan bank account biasanya diurus setelah pekerja datang ke M’sia. Ini berdasarkan pengalaman Abang dan temen2nya loh.
Kumaha Syid, udah jelas belom jawaban dari gw? Kalo belom yuks mari bagian mana yang masih kaga mudeng ditanyain ajah. Oya, nanti kalo ada tambahan dari Abang gw akan masukkin kesini. Sekarang mah laki ekye tercinta lagi dinas ke Lawas, pulang hari Minggu.
Pertanyaan No.2
Penanya → Teh Vera yang baru pulang melancong dari KL tapi sayangnya kaga mampir ke Miri ketemu Bunda Zahia yang manis dan Zahia yang cuantiks, dan Mba Aishi Lely yang memiliki ‘black magic’, ternyata punya pertanyaan yang sama.
Pertanyaan → “Misua kerja dimana? Di Shell yah?” [yang terakhir tambahan dari Teh Vera]
Jawaban :
Sayang beribu sayang laki gw sarjana kehutanan, bukan perminyakan. Kalo Shell meluaskan sayap bisnisnya dengan buka kebun mungkin Abang akan mencoba ngelamar. Tapi Shell sekarang masih konsen di minyak, so apa boleh buat niat mulia Ayah Zahia belum bisa dilaksanakan. Abang saat ini bekerja di suatu perusahaan forestry, kalo di Indonesia terkenal dengan HTI (Hutan Tanaman Industri). Intinya menanam pohon2 yang 5-6 taun kemudian dapat diambil kayunya untuk dijadikan furniture, papan, chips, dll.
Pertanyaan No.3
Penanya → Mba Aishi Lely lagi
Pertanyaan → “Dirimyu kerja dimana Bun, ko masuk mblesuk2 ke hutan?”
Jawaban :
Dulu, gw bekerja pada suatu perusahaan forestry (Hutan Tanaman Industri) di Kalimantan Timur, sebagai Planning Asisten. Tugas gw, mengumpulkan laporan dari 3 Estate / camp, lalu menganalisisnya dan membuat semua laporan menjadi satu kesatuan, sebelum akhirnya diberikan kepada petinggi2 perusahaan yang standby di Balikpapan, Riau, ampe Kuala Lumpur. Jika ada yang aneh dari laporan, maka gw turun langsung ke lapangan untuk mengecek apakah benar kondisi tanaman sesuai dengan yang dilaporkan. Kalopun laporan ok2 ajah, biasanya bos gw yang orang New Zaeland hobi banget ngajakin gw ke block untuk melakukan pengecekan secara random. Blocknya bukan di tengah2 mall, tapi terdapat di dalam hutan. Hamil 3 bulan, gw masih juga keluar masuk hutan, ampe orang2 kantor ngewanti2 : “Awas San tar lo jatoh kesandung kayu”, ato “Ya ampyun San, minta izin gih kaga usah masuk ke block dulu, takut keguguran tu baby karena lo bawa jalan berkilo2”, ato “Ati2 San tar kesambet setan”. Yeileh, ada2 ajah, setan mah kaga di dalem hutan doang gentayangannya. Tapi ada juga hikmahnya gw masuk2 ke rimba belantara, soalnya ternyata dapet jodohnya yah disono [untung gw kaga dapet jodoh orang hutan! Ngeri pisan bulunya gondrong!].
Pertanyaan No.4
Penanya → Rosyid lagee. Gile lo Syid, nanya tuh hobi ato doyan??
Pertanyaan → “Apakah di M’sia (baca: Sarawak) banyak banci? Soalnya ko Teteh ngomongnya sering banget pake bahasa2 banci seperti lambreta bambang, ekye, dll??”
Jawaban :
Bujug dah Syid, lo nanyanya aneh2 ajah. Gw, sejujurnya belom pernah ngadain survey untuk mengetahui berapa kelimpahan orang2 yang berada di persimpangan jalan (baca: banci) di Miri ato Bintulu, sehingga gw kaga bisa bilang banyak ato sedikit ato sedang2 ajah. Tapi Syid, sebenernya sama sekali kaga ada korelasi yang berbanding lurus antara banyak banci dengan gaya bicara seseorang. Gw dari sononya kaya begini, wanita manis yang sangat jenius dan santun meskipun saat berbicara ato menulis 80% menggunakan bahasa preman. Seinget gw, palingan waktu nulis skripsi, jawab soal2 ujian, dan menulis proposal untuk PIMNAS ajah yang menggunakan bahasa manusia normal dengan tingkat intelektualitas tinggi. Eh tapi tau ga seh lo, penah sekali pas ujian Nematoda yang soalnya secara mendadak bisa bikin mencret2 mahasiswa, gw jawab di lembar jawaban macam ini “Maapkan saya Pak Dosen. Saya lupa jawabannya. Tapi yang pasti, kalo Bapak buka diktat halaman sekian, Bapak pasti bisa menemukan jawaban yang betulnya”. Hahahaha, ga heran berkat surat cinta gw itu gw dapet nlai C untuk mata kuliah Nematoda yang sangat gw cintai sampe ke ubun2. Heran beribu heran, ko gw bisa hapal nomor halamannya daripada isi yang terkandung di dalamnya?? Ckkkk …. ckkkkk …. Sungguh luar biasa daya hafalan gw!
Back to the topic, sebenernya setiap orang memiliki gaya bicara dan gaya penulisan yang berbeda2. Ada yang suka menulis dengan formal menggunakan Bahasa Indonesia sesuai Ejaan Yang Telah Disempurnakan, ada yang hobi berpantun, ada yang pandai menulis dengan bahasa2 puitis nan indah, ada juga yang kacrut kaya gw. Apapun itu, asalkan masih dalam koridor2 kesopanan, menurut gw seh ok2 ajah. Lagian entah kenapa dengan membaca tulisan seseorang gw jadi bisa menebak orang tersebut gimana sifatnya, walopun kalo ketemu belum tentu juga tebakan gw benar.
Satu lagi Syid, lo kalo nyebut Banci di M’sia ini artinya sensus. Tar deh gw poto baligho segede bagong yang bertuliskan “Banci Penduduk 2010”, artinya sensus penduduk 2010.
Pertanyaan No.5
Penanya → Mba Herien, Bundanya Shishil yang seneng berbisnis MLM
Pertanyaan → “Asal Jeng Soes dari Pandeglang kah?”. Singkatnya seperti itulah pertanyaan Beliau. Ini terlontar setelah membaca postingan gw yang menyebut akan roadshow pada mudik Lebaran taun ini ke Jakarta, Cilegon, Pandeglang, Bekasi, Bogor, Bandung, Singkawang, dan Potianak.
Jawaban :
Pertanyaan ‘where do u come from’ adalah pertanyaan yang sangat sulit gw jawab. Tingkat kesulitannya melebihi kuis ketok mengenai Ordo Homoptera, jaman kuliah dulu. Kakek gw orang Jawa [jangan tanya Jawanya dimana, gw ga mudeng], lahir di Jakarta. Nenek dari Kebumen kalo kaga salah, gede di Bandung. Karena Kakek tentara yang dioper kesana-kemari, alhasil Nyokap gw lahir di Makassar. Bokap gw orang Phillipine. Ortu gw, setelah merid, stay di Cilegon karena kerja disana. Gw sendiri lahir di Serang. Dengan gado2 yang sangat membingungkan tersebut, untuk mempermudah jika ada orang yang bertanya asal gw dari mana, gw akan jawab dari Bandung. Kenapa? Karena Nenek lama berdomisili di Bandung. Karena Nyokap gede di Bandung. Karena gw SMA di Bandung. Karena gw sendiri juga bingung. Maka melalui keputusan yang diambil secara sepihak, gw mendeklarasikan bahwa gw adalah orang Sunda. Walopun orang2 banyak yang protes katanya mana ada orang Sunda item [temen2 yang bilang gw item udah pernah merasakan jurus sakti gw, sehingga akhirnya mereka menambahkan embel2 manis di belakang kata item supaya aman dari serangan gw yang membabi-rusa, bukan babi-buta. Kasian bo udah babi, buta pula! GA PENTING BANGET SEH SAN BUAT DIBAHAS!!!!!]. Lucunya lagi, waktu sebelum merid Abang nanya kaya gini:
Abang : “Neng, tar mo pake adat apa?” [Neng tuh panggilan kesayangan buat gw]
Neng manis : “Adat Sunda dunks”
Abang : “Emang siapa yang orang Sunda?”
Neng manis : (nyubit si Abang ampe di tangannya muncul tattoo abstrak warna biru keunguan)
Abang : “Yah udahlah gpp ngaku2 daripada dibilang ga beradat”
Neng manis : (menambahkan tattoo ke tangan Abang yang satunya lgi)
Ampe sekarang, untuk mempermudah urusan, gw akan mengaku bahwa gw adalah orang Indonesia suku Sunda. Ada yang mo protes?!?!
Demikianlah sodara2 sebangsa setanah air, jawaban dari dalam lubuk hati gw terdalam. Semoga Temans, apalagi yang bertanya, merasa puas dengan apa yang gw sampaikan. Otreh deh, gw mo masak dulu yah. Dags dags semuanya. Have a nice day.
Baiklah, kembali ke laptop. Gw akan mencoba fokus pada tujuan penulisan kali ini. Ada beberapa Temans yang bertanya di blog keluargazulfadhli, pada saat komen, mengenai banyak hal. Apa ini, apa itu. Mengapa bisa begitu, mengapa bisa begini. Ok lah, daripada Temans penasaran, kali ini di segmen “Situ Bertanya, Sini Menjawab, DJ Susan akan memberikan jawaban yang tepat, jelas, dan tidak berlete2 (baca: bertele2), pada pertanyaan2 yang dilontarkan.
Pertanyaan No.1
Penanya → nama di KTP = Muhammad Rosyid; nama beken = Jazz Muhammad [kenapa bukan Java Jazz Festival, ato Jazz Go To Campuss, Syid??]
Pertanyaan → “Gimana ceritanya bisa ampe nyasar ke M’sia?” Sepertinya Bung Ocid [kalo ini nama kesayangan dari Zahia buat Beliau] bertanya asal muasal laki gw ampe bisa kerja disini. Bukan begituh Om inti pertanyaanmyu? Kalo gw salah nangkep plizz dikoreksi yah.
Jawaban :
Ceritanya panjang. Tapi gw akan mencoba menjelaskan sejelas2nya, dalam tempo yang sesingkat2nya [proklamasi kalee]. Dulu, sekitar bulan April 2008, pas gw dan Abang masih kerja di Kaltim, gw ngeliat di jobstreet.com ada lowongan kerja di suatu perusahaan forestry di M’sia, untuk posisi Forester. Kualifikasi yang diminta adalah sarjana kehutanan / pertanian yang telah bekerja selama 10 taun. Bermodalkan nekad dan motto hidup ‘maju terus pantang mundur kaya undur2’, gw pun memasukkan CV Abang ke alamat email yang tercantum. Yah, kami seh nothing to lose ajah, meskipun sadar banget kemungkinannya tipis, sebab pengalaman Abang bekerja baru setengah taun dari yang diminta. 1 bulan kemudian, ada balasan dari Mr. F, yang belakangan kami ketahui bahwa Beliau adalah GM. Beliau bilang perusahaan sedang mencari orang untuk posisi Quality Control, dan Beliau tertarik ketika membaca pada CV Abang ada pengalaman di bidang QC. Maka dari itu Beliau menawarkan posisi tersebut kepada Abang. Email2 selanjutnya penuh dengan pertanyaan dan jawaban yang dilemparkan oleh kedua belah pihak, sekaligus Beliau memberikan penawaran mengenai gaji, benefit, dan detail pekerjaan. Akhirnya, terjadilah komunikasi yang intensif antara Abang via gw dan Mr. GM [coz gw di HO dimana jaringan internetnya lancar jaya, dan Abang di Estate / camp yang mana internetnya seringkali dalam keadaan mati segan hidup tak mau]. Alhamdulillah, pada bulan Agustus terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak, ditandai dengan dikirimnya kontrak kerja kepada Abang. Kami pun berangkat ke Miri pada tanggal 14 Agustus 2008, dari Singkawang. Agak2 amaze juga sebenernya karena sama sekali ga ada proses interview dll. Bener2 rezeki Zahia deh [saat itu gw lagi bunting].
Secara singkat, berikut adalah tips mencari kerja di luar negeri :
1. Siapkan CV yang bagus dan menarik untuk dipelajari [mohon masukkannya juga dari Temans yang berpengalaman dalam membuat CV secara baik dan benar dan sesuai UUD’45]. CV biasanya terdiri dari :
- Data pribadi. Cantumkan yang penting2 ajah seperti nama lengkap, tempat tanggal lahir, background pendidikan plus IPK, status (udah merid ato masih jomblo, punya anak berapa), kemampuan yang dimiliki (misalnya menguasai 11 bahasa asing, menguasai seluruh program komputer). Yang aneh2 kaga usah dicantumin, misalnya tinggi & berat badan [kecuali ngelamar jadi model ato kuli panggul], golongan darah [yakinlah perusahaan mencari pegawai, bukan donor darah], ukuran sarung [lo pikir mo Lebaran apa?]. Untuk poto juga kaga usah terlalu narsis dengan masang poto ukuran postcard.
- Pengalaman organisasi, training2, seminar2, dan kursus2 yang pernah diikuti, cukup semenjak jaman kuliah, ga usah mulai dari TK. Masukkan pengalaman yang memiliki benang merah dengan posisi yang diincar. Jangan ngelamar jadi accounting terus masukkin pengalaman waktu ikutan kursus bikin kue di Bogasari. Pling doss (baca: pliss dong)!!
- Pengalaman kerja. Start dari kapan ampe kapan, posisinya sebagai apa, dimana, detail pekerjaan secara singkat, nama dan jabatan atasan, jumlah anak buah yang bertanggung jawab kepada kita [jika ada]. Mulailah dari pekerjaan yang sekarang masih digeluti, ampe yang paling awal.
- Referensi. Bisa mencantumkan nama bos kita di masa lampau, ato orang2 lainnya yang sekiranya dapat memberikan referensi bagus mengenai kualitas kerja kita. Cantumkan nama lengkap Sang Pemberi Referensi, saat ini Beliau bekerja dimana, jabatannya apa, nomor telepon, dan alamat email.
2. Mencari lowongan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan sebelumnya. Sesuaikan dengan kapasitas diri. Jangan fresh graduate berojolan pertanian ngelamar sebagai manager keuangan di perusahaan farmasi. Biasanya website favorit gw dan Abang dalam hunting lowongan kerja adalah: jobstreet & fridayoffcuts [yang ini info lowongan kerja untuk bidang Forestry di Australia dan NZ].
3. Setelah mendapat respon positif dari perusahaan yang kita lamar, langsung cari info mengenai perusahaan tersebut, untuk mengetahui seberapa bonafid perusahaan tersebut, apa saja bisnis unitnya, silsilah perusahaan, dll. Kadang langkah ini bisa juga diambil pada saat lagi searching, jadi bisa diputuskan apakah kita jadi melamar ke perusahaan itu ato ga. Info ini juga berguna semisalnya ada interview trus si interviewer berniat mengorek sejauh apa lo mengenali perusahaan.
4. Jika sudah berkontak2an dengan perusahaan, sebaiknya tanyakan segala sesuatunya dengan detail, sampe ke hal yang kita anggap remeh-temeh. Gapapa ko dibilang cerewet, soalnya pening bo jikalau terjadi sesuatu hal yang ga diinginkan ato merugikan gara2 kedodolan kita lupa bertanya sesat di pasar. Contoh pertanyaan penting :
- Status yang didapat. Jika sudah berkeluarga pastikan mendapat Family Status, sehingga anak dan istri tercover oleh perusahaan mulai dari tiket cuti, biaya kesehatan, dll. Karena banyak teman2 sekantor Abang yang dari Phillipine, meskipun udah berkeluarga, dapetnya Single Status. Hal ini terjadi dikarenakan mereka kurang teliti [ato kaga paham?] pada saat signed kontrak. Kalo udah gituh repot jadinya. Istri dan anak jika berkunjung kudu biaya sendiri. Oya, awalnya kami juga ga ngeh dengan Single Status dan Family Status, tapi Nyokap ngasih tau karena Beliau kebetulan ngurusin kaya beginian.
- Siapa yang menanggung tax dan levy, berapa besarannya. FYI, Abang kena tax untuk 6 bulan pertama 28 % per bulan [ditanggung oleh pekerja boooooo, nangis darah gw! Bener2 peraturan kerajaan yang kejam!], abis itu setelah 6 bulan yang menyesakkan dada dan bikin menteri keuangan kena bengek akut, tax-nya menjadi 300 RM per bulan. Levy ditanggung perusahaan.
- Kontrak kerja per berapa tahun.
- Jaminan kesehatan kaya gimana, berapa limitnya, sistem asuransi ato reimburse.
- Perumahan kaya gimana. Jangan ampe harus ngontrak rumah sendiri tapi ga dikasih Housing Allowance dari perusahaan.
- Visa, baik visa pekerja, maupun visa anak istri. Kalo di tempat Abang, visa pekerja ditanggung company, kalo visa gw dan Zahia nanggung sendiri. Ini berlaku untuk seluruh ekspat lainnya yang ada di perusahaan ini [kaga tau dah kalo di perusahaan lain].
5. Jika sudah deal, pastikan dokumen2 penting dan segala sesuatu menyangkut pemberangkatan siap semua. Passport, kontrak kerja (karena di imigrasi akan diminta bukti bahwa lo memang berangkat ke M’sia udah ada perusahaan yang siap menampung), tiket (apakah beli sendiri dulu baru tar diganti perusahaan, ato perusahaan yang langsung membelikannya), duit Ringgit. Jangan pernah nuker duit di airport karena nilau tukarnya jauuuuuhhhhh lebih mahal dibandingkan jika kita menukarnya di Indonesia. Untuk working permitt dan bank account biasanya diurus setelah pekerja datang ke M’sia. Ini berdasarkan pengalaman Abang dan temen2nya loh.
Kumaha Syid, udah jelas belom jawaban dari gw? Kalo belom yuks mari bagian mana yang masih kaga mudeng ditanyain ajah. Oya, nanti kalo ada tambahan dari Abang gw akan masukkin kesini. Sekarang mah laki ekye tercinta lagi dinas ke Lawas, pulang hari Minggu.
Pertanyaan No.2
Penanya → Teh Vera yang baru pulang melancong dari KL tapi sayangnya kaga mampir ke Miri ketemu Bunda Zahia yang manis dan Zahia yang cuantiks, dan Mba Aishi Lely yang memiliki ‘black magic’, ternyata punya pertanyaan yang sama.
Pertanyaan → “Misua kerja dimana? Di Shell yah?” [yang terakhir tambahan dari Teh Vera]
Jawaban :
Sayang beribu sayang laki gw sarjana kehutanan, bukan perminyakan. Kalo Shell meluaskan sayap bisnisnya dengan buka kebun mungkin Abang akan mencoba ngelamar. Tapi Shell sekarang masih konsen di minyak, so apa boleh buat niat mulia Ayah Zahia belum bisa dilaksanakan. Abang saat ini bekerja di suatu perusahaan forestry, kalo di Indonesia terkenal dengan HTI (Hutan Tanaman Industri). Intinya menanam pohon2 yang 5-6 taun kemudian dapat diambil kayunya untuk dijadikan furniture, papan, chips, dll.
Pertanyaan No.3
Penanya → Mba Aishi Lely lagi
Pertanyaan → “Dirimyu kerja dimana Bun, ko masuk mblesuk2 ke hutan?”
Jawaban :
Dulu, gw bekerja pada suatu perusahaan forestry (Hutan Tanaman Industri) di Kalimantan Timur, sebagai Planning Asisten. Tugas gw, mengumpulkan laporan dari 3 Estate / camp, lalu menganalisisnya dan membuat semua laporan menjadi satu kesatuan, sebelum akhirnya diberikan kepada petinggi2 perusahaan yang standby di Balikpapan, Riau, ampe Kuala Lumpur. Jika ada yang aneh dari laporan, maka gw turun langsung ke lapangan untuk mengecek apakah benar kondisi tanaman sesuai dengan yang dilaporkan. Kalopun laporan ok2 ajah, biasanya bos gw yang orang New Zaeland hobi banget ngajakin gw ke block untuk melakukan pengecekan secara random. Blocknya bukan di tengah2 mall, tapi terdapat di dalam hutan. Hamil 3 bulan, gw masih juga keluar masuk hutan, ampe orang2 kantor ngewanti2 : “Awas San tar lo jatoh kesandung kayu”, ato “Ya ampyun San, minta izin gih kaga usah masuk ke block dulu, takut keguguran tu baby karena lo bawa jalan berkilo2”, ato “Ati2 San tar kesambet setan”. Yeileh, ada2 ajah, setan mah kaga di dalem hutan doang gentayangannya. Tapi ada juga hikmahnya gw masuk2 ke rimba belantara, soalnya ternyata dapet jodohnya yah disono [untung gw kaga dapet jodoh orang hutan! Ngeri pisan bulunya gondrong!].
Pertanyaan No.4
Penanya → Rosyid lagee. Gile lo Syid, nanya tuh hobi ato doyan??
Pertanyaan → “Apakah di M’sia (baca: Sarawak) banyak banci? Soalnya ko Teteh ngomongnya sering banget pake bahasa2 banci seperti lambreta bambang, ekye, dll??”
Jawaban :
Bujug dah Syid, lo nanyanya aneh2 ajah. Gw, sejujurnya belom pernah ngadain survey untuk mengetahui berapa kelimpahan orang2 yang berada di persimpangan jalan (baca: banci) di Miri ato Bintulu, sehingga gw kaga bisa bilang banyak ato sedikit ato sedang2 ajah. Tapi Syid, sebenernya sama sekali kaga ada korelasi yang berbanding lurus antara banyak banci dengan gaya bicara seseorang. Gw dari sononya kaya begini, wanita manis yang sangat jenius dan santun meskipun saat berbicara ato menulis 80% menggunakan bahasa preman. Seinget gw, palingan waktu nulis skripsi, jawab soal2 ujian, dan menulis proposal untuk PIMNAS ajah yang menggunakan bahasa manusia normal dengan tingkat intelektualitas tinggi. Eh tapi tau ga seh lo, penah sekali pas ujian Nematoda yang soalnya secara mendadak bisa bikin mencret2 mahasiswa, gw jawab di lembar jawaban macam ini “Maapkan saya Pak Dosen. Saya lupa jawabannya. Tapi yang pasti, kalo Bapak buka diktat halaman sekian, Bapak pasti bisa menemukan jawaban yang betulnya”. Hahahaha, ga heran berkat surat cinta gw itu gw dapet nlai C untuk mata kuliah Nematoda yang sangat gw cintai sampe ke ubun2. Heran beribu heran, ko gw bisa hapal nomor halamannya daripada isi yang terkandung di dalamnya?? Ckkkk …. ckkkkk …. Sungguh luar biasa daya hafalan gw!
Back to the topic, sebenernya setiap orang memiliki gaya bicara dan gaya penulisan yang berbeda2. Ada yang suka menulis dengan formal menggunakan Bahasa Indonesia sesuai Ejaan Yang Telah Disempurnakan, ada yang hobi berpantun, ada yang pandai menulis dengan bahasa2 puitis nan indah, ada juga yang kacrut kaya gw. Apapun itu, asalkan masih dalam koridor2 kesopanan, menurut gw seh ok2 ajah. Lagian entah kenapa dengan membaca tulisan seseorang gw jadi bisa menebak orang tersebut gimana sifatnya, walopun kalo ketemu belum tentu juga tebakan gw benar.
Satu lagi Syid, lo kalo nyebut Banci di M’sia ini artinya sensus. Tar deh gw poto baligho segede bagong yang bertuliskan “Banci Penduduk 2010”, artinya sensus penduduk 2010.
Pertanyaan No.5
Penanya → Mba Herien, Bundanya Shishil yang seneng berbisnis MLM
Pertanyaan → “Asal Jeng Soes dari Pandeglang kah?”. Singkatnya seperti itulah pertanyaan Beliau. Ini terlontar setelah membaca postingan gw yang menyebut akan roadshow pada mudik Lebaran taun ini ke Jakarta, Cilegon, Pandeglang, Bekasi, Bogor, Bandung, Singkawang, dan Potianak.
Jawaban :
Pertanyaan ‘where do u come from’ adalah pertanyaan yang sangat sulit gw jawab. Tingkat kesulitannya melebihi kuis ketok mengenai Ordo Homoptera, jaman kuliah dulu. Kakek gw orang Jawa [jangan tanya Jawanya dimana, gw ga mudeng], lahir di Jakarta. Nenek dari Kebumen kalo kaga salah, gede di Bandung. Karena Kakek tentara yang dioper kesana-kemari, alhasil Nyokap gw lahir di Makassar. Bokap gw orang Phillipine. Ortu gw, setelah merid, stay di Cilegon karena kerja disana. Gw sendiri lahir di Serang. Dengan gado2 yang sangat membingungkan tersebut, untuk mempermudah jika ada orang yang bertanya asal gw dari mana, gw akan jawab dari Bandung. Kenapa? Karena Nenek lama berdomisili di Bandung. Karena Nyokap gede di Bandung. Karena gw SMA di Bandung. Karena gw sendiri juga bingung. Maka melalui keputusan yang diambil secara sepihak, gw mendeklarasikan bahwa gw adalah orang Sunda. Walopun orang2 banyak yang protes katanya mana ada orang Sunda item [temen2 yang bilang gw item udah pernah merasakan jurus sakti gw, sehingga akhirnya mereka menambahkan embel2 manis di belakang kata item supaya aman dari serangan gw yang membabi-rusa, bukan babi-buta. Kasian bo udah babi, buta pula! GA PENTING BANGET SEH SAN BUAT DIBAHAS!!!!!]. Lucunya lagi, waktu sebelum merid Abang nanya kaya gini:
Abang : “Neng, tar mo pake adat apa?” [Neng tuh panggilan kesayangan buat gw]
Neng manis : “Adat Sunda dunks”
Abang : “Emang siapa yang orang Sunda?”
Neng manis : (nyubit si Abang ampe di tangannya muncul tattoo abstrak warna biru keunguan)
Abang : “Yah udahlah gpp ngaku2 daripada dibilang ga beradat”
Neng manis : (menambahkan tattoo ke tangan Abang yang satunya lgi)
Ampe sekarang, untuk mempermudah urusan, gw akan mengaku bahwa gw adalah orang Indonesia suku Sunda. Ada yang mo protes?!?!
Demikianlah sodara2 sebangsa setanah air, jawaban dari dalam lubuk hati gw terdalam. Semoga Temans, apalagi yang bertanya, merasa puas dengan apa yang gw sampaikan. Otreh deh, gw mo masak dulu yah. Dags dags semuanya. Have a nice day.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar