Dear Anakku tercinta di dalam rahim,
Sayang, apa kabarmu hari ini? Semoga engkau dalam keadaan sehat wal'afiat. 11 minggu sudah engkau meringkuk dalam rahim Bunda. Bagaimana disana, hangat bukan? Apakah engkau bisa bobo dengan nyaman? Apakah kebutuhan makan dan minummu tercukupi? Bunda berharap dirimu bisa merasakan kehangatan cinta yang Bunda alirkan setiap hari, setiap detik. Juga bait2 doa yang Bunda lafalkan pada setiap detakan jantung, pada setiap helaan nafas.
Tiga hari yang lalu, Ayah dan Bunda menengokmu lagi. Tapi masih seperti sebelum2nya, dirimu belum tampak jelas di depan monitor. Apakah engkau memang begitu pemalu, Sayang? Tolong jangan buat kami kuatir, sebab Dokter mengatakan bahwa uterus Bunda kosong, hanya kantong tidurmu saja yang terlihat. Kemanakah engkau gerangan, anakku tercinta? Jangan main terlalu jauh, Nak, Bunda takut engkau tidak bisa menemukan jalan pulang.
Ketika Dokter menyuruh Bunda ke hospital untuk menjumpai dirimu langsung dari ‘bawah’, bukan dari permukaan perut, Ayah Bunda masih menyimpan harapan besar untuk bisa menemuimu. Lagi2 harapan itu harus tergerus oleh kenyataan bahwa engkau memang menghilang entah kemana. Sampai akhirnya Ibu Dokter yang cantik dan berjilbab, Ibu Siti namanya, memberikan 2 pilihan kepada Bunda. Pertama, rahim Bunda harus dibersihkan saat itu juga. Yang kedua, menunggu selama 2 minggu perkembanganmu, sambil tetap mengkonsumsi vitamin, siapa tahu dalam jangka waktu tersebut engkau menunjukkan diri. Ayah memutuskan mengambil option yang kedua, karena kami tetap berharap ada mukjizat dari Allah SWT. Kalau sampai batas waktu kondisinya masih sama, maka mau ga mau Bunda harus dikuret.
Cinta, hari ini masuk hari ke-2 Ramadhan. Ayah, Bunda, dan Uti menjalankan ibadah puasa. Tapi kemarin puasa Bunda ga tamat, pukul 3 sore Bunda harus berbuka karena darah mulai banyak keluar, meskipun hanya beberapa tetes dan berupa spot. Pagi ini pun Bunda sahur dan meniatkan untuk berpuasa, tapi apa daya harus dibatalkan karena saat Bunda mau sholat subuh ada lagi darah yang keluar. Bunda benar2 mengkuatirkan dirimu, Sayang! Apalagi pendarahan ini sudah terjadi 5 hari, dimulai dari Minggu.
Anakku, kita sama2 berjuang yah. Kita harus kuat menghadapi ini semua. Kamu tahu Nak, walau saat menulis untaian kata di surat ini air mata tidak henti2nya menetesi pipi Bunda, tapi itu bukanlah air mata kepedihan, juga bukan air mata penyesalan. Meskipun berkali2 Bunda berfikir apakah ini terjadi akibat kesalahan Bunda yang susah makan sayur, yang tidak ontime dalam minum obat (karena kepikunan Bunda), yang malas berolahraga, yang suka stress karena Kakak Zahia susah makan (Alhamdulillah sekarang Kakak makannya sudah lancar). Bunda sudah mulai bisa menghilangkan segala pikiran2 negatif dan perasaan menyalahkan diri sendiri dari otak Bunda. Pun Bunda tidak lagi mempertanyakan mengapa begini mengapa begitu kepada Sang Pemilik Hidup.
Keikhlasan adalah obat penyembuh lara. Yakinlah Sayang, karena saat kita ikhlas maka segalanya akan terasa lebih ringan. Begitu juga dengan kejadian ini, jika Allah mengizinkan kita berjumpa dan berkumpul, maka itu pasti akan terjadi. Tapi jika tidak, maka itu adalah yang terbaik untuk kita. Maka apapun itu, ingatlah selalu bahwa Ayah, Bunda, Kakak Zahia, Uti, dan seluruh keluarga besar di Indonesia mencintaimu. Teramat sangat.
Peluk cium dari Bunda.
NB: Waktu hari Minggu Bunda nemenin Ayah ke Klinik, ada seorang anak cowo, berumur sekitar 17 bulan, tiba2 lengket sama Ayah. Anak itu memegangi kaki Ayah (Ayah dalam posisi duduk di kursi ruang tunggu). Kakak Zahia yang biasanya cemburuan kali itu membiarkan anak tersebut bermanja2an dengan Ayah. Ibu si anak datang dengan tergopoh2 dan meminta maaf, sambil berkata “Anak saya rindu Bapaknya. Bapaknya pulang 6 bulan sekali sebab kerja kat pengeboran minyak”. Ga lama anak itu asyik bermain berdua dengan Zahia. Bunda hanya tersenyum berpandang2an dengan Ayah. Pikiran kami pasti sama, membayangkan adiknya Zahia udah lahir, pasti kejadiannya akan seperti itu.
----------------------------------------------------------------------------------
Sayang, apa kabarmu hari ini? Semoga engkau dalam keadaan sehat wal'afiat. 11 minggu sudah engkau meringkuk dalam rahim Bunda. Bagaimana disana, hangat bukan? Apakah engkau bisa bobo dengan nyaman? Apakah kebutuhan makan dan minummu tercukupi? Bunda berharap dirimu bisa merasakan kehangatan cinta yang Bunda alirkan setiap hari, setiap detik. Juga bait2 doa yang Bunda lafalkan pada setiap detakan jantung, pada setiap helaan nafas.
Tiga hari yang lalu, Ayah dan Bunda menengokmu lagi. Tapi masih seperti sebelum2nya, dirimu belum tampak jelas di depan monitor. Apakah engkau memang begitu pemalu, Sayang? Tolong jangan buat kami kuatir, sebab Dokter mengatakan bahwa uterus Bunda kosong, hanya kantong tidurmu saja yang terlihat. Kemanakah engkau gerangan, anakku tercinta? Jangan main terlalu jauh, Nak, Bunda takut engkau tidak bisa menemukan jalan pulang.
Ketika Dokter menyuruh Bunda ke hospital untuk menjumpai dirimu langsung dari ‘bawah’, bukan dari permukaan perut, Ayah Bunda masih menyimpan harapan besar untuk bisa menemuimu. Lagi2 harapan itu harus tergerus oleh kenyataan bahwa engkau memang menghilang entah kemana. Sampai akhirnya Ibu Dokter yang cantik dan berjilbab, Ibu Siti namanya, memberikan 2 pilihan kepada Bunda. Pertama, rahim Bunda harus dibersihkan saat itu juga. Yang kedua, menunggu selama 2 minggu perkembanganmu, sambil tetap mengkonsumsi vitamin, siapa tahu dalam jangka waktu tersebut engkau menunjukkan diri. Ayah memutuskan mengambil option yang kedua, karena kami tetap berharap ada mukjizat dari Allah SWT. Kalau sampai batas waktu kondisinya masih sama, maka mau ga mau Bunda harus dikuret.
Cinta, hari ini masuk hari ke-2 Ramadhan. Ayah, Bunda, dan Uti menjalankan ibadah puasa. Tapi kemarin puasa Bunda ga tamat, pukul 3 sore Bunda harus berbuka karena darah mulai banyak keluar, meskipun hanya beberapa tetes dan berupa spot. Pagi ini pun Bunda sahur dan meniatkan untuk berpuasa, tapi apa daya harus dibatalkan karena saat Bunda mau sholat subuh ada lagi darah yang keluar. Bunda benar2 mengkuatirkan dirimu, Sayang! Apalagi pendarahan ini sudah terjadi 5 hari, dimulai dari Minggu.
Anakku, kita sama2 berjuang yah. Kita harus kuat menghadapi ini semua. Kamu tahu Nak, walau saat menulis untaian kata di surat ini air mata tidak henti2nya menetesi pipi Bunda, tapi itu bukanlah air mata kepedihan, juga bukan air mata penyesalan. Meskipun berkali2 Bunda berfikir apakah ini terjadi akibat kesalahan Bunda yang susah makan sayur, yang tidak ontime dalam minum obat (karena kepikunan Bunda), yang malas berolahraga, yang suka stress karena Kakak Zahia susah makan (Alhamdulillah sekarang Kakak makannya sudah lancar). Bunda sudah mulai bisa menghilangkan segala pikiran2 negatif dan perasaan menyalahkan diri sendiri dari otak Bunda. Pun Bunda tidak lagi mempertanyakan mengapa begini mengapa begitu kepada Sang Pemilik Hidup.
Keikhlasan adalah obat penyembuh lara. Yakinlah Sayang, karena saat kita ikhlas maka segalanya akan terasa lebih ringan. Begitu juga dengan kejadian ini, jika Allah mengizinkan kita berjumpa dan berkumpul, maka itu pasti akan terjadi. Tapi jika tidak, maka itu adalah yang terbaik untuk kita. Maka apapun itu, ingatlah selalu bahwa Ayah, Bunda, Kakak Zahia, Uti, dan seluruh keluarga besar di Indonesia mencintaimu. Teramat sangat.
Peluk cium dari Bunda.
NB: Waktu hari Minggu Bunda nemenin Ayah ke Klinik, ada seorang anak cowo, berumur sekitar 17 bulan, tiba2 lengket sama Ayah. Anak itu memegangi kaki Ayah (Ayah dalam posisi duduk di kursi ruang tunggu). Kakak Zahia yang biasanya cemburuan kali itu membiarkan anak tersebut bermanja2an dengan Ayah. Ibu si anak datang dengan tergopoh2 dan meminta maaf, sambil berkata “Anak saya rindu Bapaknya. Bapaknya pulang 6 bulan sekali sebab kerja kat pengeboran minyak”. Ga lama anak itu asyik bermain berdua dengan Zahia. Bunda hanya tersenyum berpandang2an dengan Ayah. Pikiran kami pasti sama, membayangkan adiknya Zahia udah lahir, pasti kejadiannya akan seperti itu.
----------------------------------------------------------------------------------
Minta doanya yah Temans. Kata Dokter kemungkinan kalau sampai tanggal 27 hasil USG masih sama, yaitu uterus dalam keadaan kosong, maka gw akan dikuret. Tapi kemungkinan proses pembersihan rahim akan dipercepat jika pendarahan gw udah banyak, yang berarti bahwa 'kantong tidur si baby' lepas dengan sendirinya.
Makasih banyak buat Temans yang udah memberikan support dan doa di fesbuk maupun sms. Insya Allah kami ikhlas dan sabar menerima ketetapan Allah SWT. Oya, walopun telat keluargazulfadhli mengucapkan: "Selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga Ramadhan kali ini lebih baik dari sebelumnya. Amien."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar