Kamis, 07 April 2011

Arti Sebuah Kejujuran




Sosok itu menatap perempuan berhati malaikat di hadapannya, seakan tak percaya dengan ucapan yang baru didengarnya.

“Aku tidak marah, sama sekali tidak. Kehilangan ini tidak seberapa. Sang Maha masih berbaik hati kepadaku”.


“Tapi … aku yang menyebabkan penderitaanmu seumur hidup …”. Indah membuang pandangan ketika angin menyibak bagian bawah rok Ismi, hanya menjumpai hampa disana.

“Aku ikhlas, sungguh”, Ismi tersenyum tulus.

Otak Indah menyetel ulang kejadian 3 tahun lalu. Pertengkaran Mami Papi mengganas. Sebotol Vodka menjadi tempat pelarian. Diam-diam dikeluarkannya mobil dari garasi. Menyetir bak orang gila akibat pengaruh alkohol, Indah menabrak seorang penyeberang jalan. Ketakutan setengah mati, dia melarikan diri.

Keesokan hari, kawan-kawan kampus mengabarkan bahwa sahabatnya berada di rumah sakit sejak semalam. Tabrak lari.

Indah, aku sudah memaafkanmu, bahkan sebelum kamu mengatakannya”.

Mereka berpelukan. Air mata membanjiri pelupuk Sosok itu, mencoba meluruhkan genangan sesal. Sepasang kaki palsu di meja menjadi saksi. Kejujuran, seburuk apapun rupanya, akan terasa indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar