Sabtu, 28 Mei 2011

Ketika Zahia Berulang Taun

Assalamu’alaikum. Hi Ka Hilwa, kenalan dulu yaaaa. Namaku Zahia. Aku denger dari Bundaku Kaka hari ini milad yang ke-10? Waaahhh berarti kita beda 7,5 taun dong. Huehehe, lumayan jauh yah. Maaf loh Zahia ga bisa ngirim kado, soalnya ga tau ukuran kaki Kaka, takutnya kalo beliin sepatu asal2an tar ga pas di kaki pula. Meski tanpa kado, Zahia mo ngirim doa ajah deh, semoga Ka Hilwa sehat selalu, semakin pintar, bisa jadi kebanggaan orang tua. Amien.


Oya, aku mo cerita tentang ulang tahunku, Ka. Sebenernya Ayah Bunda belum pernah bikin perayaan spesial untuk aku. Bukannya pelit seh [cuma kopet meredit. Hohoho sami mawon yah?], tapi aku sendiri belom ngerti mengenai makna perayaan. 17 Oktober 2009, pada miladku yang pertama, kebetulan Zahia & Ayah Bunda lagi liburan di Singkawang (rumah Ni Aki). Pagi itu aku masih bobo kelonan sama Bunda, sedangkan Ayah pergi entah kemana. Tiba2 aku kaget karena ada yang ketok2 pintu kamar kenceeeennnggg banget. Ternyata Tante2ku (adik2nya Ayah) udah berjejer di depan pintu bawa sesuatu dibungkus kertas kado warna pink dan dikasih pita, sambil koor menyanyikan lagu ‘Selamat Ulang Taun’ dengan birama ¾, nada dasar C [ayooo Bang Oma, singsingkan lengan baju, mulailah mengiringi kami dengan gitar!]. Dengan mata yang masih keleyep2 dan iler menggumpal di pipi, aku langsung diberondong ciuman kiri kanan. Syukurlah Tante2ku ga pada pingsan mendadak, secara aku kan belom sikat gigi.Dibantu Bunda, aku buka deh kadonya. Asyiiiikkk, aku dibelikan sebuah gaun kuning nan cantik. Sayang waktu dicobain gaun itu masih terlalu besar. Kata Bunda sekitar 5 taun lagi baru gaunnya bisa aku pakai. 

 Gaun dari Tante2ku di Singkawang. Duuuhhh ga sabar deh Zahia makenya, pasti aku terlihat secantik Princess

Ga lama Ayah dateng. Ternyata Ayah tadi dari pasar, beli 7 bungkus nasi kuning lengkap dengan lauk-pauknya (ayam goreng, telur dadar, teri kacang, abon, ketimun, sambel). Hehehe, jadi ketauan deh kalo Bunda males bikin nasi kuning sendiri. Sebelum makan, Ni Aki membacakan doa selamat dulu untuk Zahia, baru deh acara makan nasi kuning berjamaah dimulai. Alhamdulillah nikmatnya tiada tara. Siangnya, sebagai hadiah ultah, Zahia dibawa jalan2 keliling kota Singkawang naek motor. Aku seneeeennngg banget, karena di Miri kan Zahia ga punya motor [si Emak kegirangan karena punya anak pengiritan].

Minggu, 17 Oktober 2010. Milad ke-2 ku juga tanpa perayaan macem2. Hari sebelumnya, Ayah Bunda membelikan b’day cake yang uenaaaaakkk banget. Aku pilih sendiri loh cakenya di Mega Hotel. Aku awalnya bingung mau coklat ato cheese cake. Ngeliat aku kebingungan, Ayah Bunda beli cake campur, setengah coklat tiramisu, setengah lagi cheese cake. Ayah Bunda juga sibuk masak2. Ayah bikin nasi kuning + telur dadar + teri kacang, Bunda masak ayam goreng + daging kecap.

Keesokan pagi, bangun tidur aku langsung menuju kulkas, minta Bunda untuk ngeluarin b'day cakenya. Wow, aku takjub karena ruang tamu udah dihias oleh Bunda & Uti dengan balon warna-warni dan topeng. Bunda pun langsung memandikan aku. Aku memilih baju pinky aming utuk dikenakan. Jam 9 teng, dengan riang gembira kami menyanyikan lagu medley ‘Selamat Ultah-Happy B’day to You-Tiup Lilin-Potong Kue-Twinkle2 Little Star’ sebanyak 7x [biar afdol Cyiiinn], ditutup dengan tiup lilin. Abis itu aku lajut ke acara makan2. Hihihi, dengan rakusnya aku makan kue 1 slice, dan 3 coklat panjang hiasan di atas kue. Mmmm, yummy!! Aku juga senang karena Uti memberi aku kado. Isinya ada bulpen warna kuning dengan boneka berwajah rupawan di bagian atasnya, sebuah cermin [keturunan centil boo], dan papan tulis beserta spidolnya untuk aku belajar menulis. Kado dari Ayah Bunda apaan Sayang? Hehehe, Ayah Bunda seperti biasa, kasih kado doa teramat spesial. Sore hari, kami berenang ke Miri City Fun. Iiiihhh bener2 hari yang menyenangkan deh. 

 Slrruuuppphh. Ka Hilwa & Ka Syafiq mau nyobain juga ga cakenya??

Ka Hilwa, Ayah Bundaku memang belum (ato ga akan??) pernah memperkenalkanku dengan pesta2 ulang taun. Ayah bahkan sama sekali ga pernah loh ngerayain yang kaya begituan semasa kecilnya [kalo Bunda mah biangnya hehehe]. Ayah Bunda bilang, yang terpenting adalah selalu berbuat yang terbaik, dan berusaha mejadi baik lagi, seiring bertambahnya usia. Lagipula, daripada uangnya dipake untuk itu, lebih baik Zahia tabung ajah supaya suatu hari nanti Zahia dan Ayah Bunda bisa pelesir ke Al-Burj, ngerasain nginep disana barang semalem dua malem [ini seh obsesi emaknya].

Okeh deh Ka, sekian dulu ceritanya. Oya, titip ucapan met milad juga yah untuk Ka Syafiq yang ke-6. Maap telat ngucapinnya. Maap juga Zahia + Bunda ga sempet bikin kartu ucapan selamat. Kiss kiss dari Miri. Mmmuuuaaaccchhh.

Rabu, 25 Mei 2011

Teruntuk Wanita Ayu dari Jepara

Mba Susi. Bukan, bukan Mbakyu Susi Susanti Sang Atlet bulutangkis yang dapet medali emas di Olimpiade Barcelona taun 1992, atopun Jeng Susi Fitriasih temen SMA gw di 3 IPA 2. Pun, bukan Susi So Nice, merk sosis terkenal yang iklannya gentayangan di tipi [maapkan kejayusan ekye sodara2]. Yang gw maksud adalah pemilik blogsusindra.blogspot.com, Mba Susi Ernawati Susindra. Ada apakah gerangan dengan Beliau sehingga akhir2 ini berita tentangnya seringkali muncul di Kabar-Kaburi ato Was-Wes-Wos? Psssttt, bagi yang belom tau sini ekye kasih tau! Doski kan lagi mo bagi2 amal jariah dalam rangka menyambut ulang taun blognya yang pertama. Hadiahnya ga nanggung2 loh, selain pernak-pernik khas Jepara, ada juga 5 biji sepeda motor, potonya doang. Sangat menarik bukan?? So, hayoo ah bagi yang mo ikutan acaranya dipersilahkan ikutan sebelum tenggat waktunya berakhir, yaitu 28 Mei 2011.

Kembali ke tujuan awal dimana ekye akan menceritakan mengenai Mbakyu cantik yang menguasai 5 bahasa itu: bahasa Indonesia, Jawa, Inggris, Perancis, dan terakhir bahasa tubuh. Nama doski pertama kali terdengar ke Miri ketika menjadi juara II pada lomba yang digelar oleh Pakdhe Cholik, Kontes Unggulan Cermin Berhikmah (K.U.C.B). Saat itu, Jeng Soes mulai deh mampir2 ke rumah Beliau, sebagai pengunjung tak kasat mata (baca: silent reader). Lalu, hubungan rahasia kami terkuak kehadapan public setelah Beliau menorehkan jejak langkah di blog keluargazulfadhli ketika sedang mengemban tugas Negara nan mulia, menjadi juri dalam Giveaway CalVin (Maret Ceria). Setelah itulah gw mulai ‘berani’ untuk meninggalkan sebait dua bait komen, pada postingan2 Beliau.

Salah satu postingan Beliau yang menjadi paporit gw adalah ‘Intuisi Ibu untuk Memilih Metode Pengasuhan Anak’. Membaca artikel tersebut, membuat ingatan gw melayang ke masa lalu. Kehamilan membuat gw dan Abang kesurupan ngumpulin artikel2 mengenai pengasuhan anak dan segala teori tumbuh kembangnya. Ratusan lembar kertas A4 serta berpuluh2 botol tinta printer di kantor laki gw menjadi saksi bisu. Tiap malam, kami (baca: terutama gw calon penyandang gelar Bunda) membacanya sampe khatam. Istilahnya, ngelotok luar kepala. Tapi, ketika Zahia lahir dan tumbuh semakin besar menjelma menjadi gadis kecil nan cantik mempesona, ternyata ga semua teori2 tersebut cocok dan sukses dipraktekkan kepada Zahia. Seperti Mba Susi bilang, intuisi ibulah yang mengasah serta membimbing gw dalam memilih dan memilah teori mana2 ajah yang terbaik untuk Princess.

Kemudian, pernyataan Mba Susi lainnya yang sangat menarik adalah “Anak kedua juga merupakan pengalaman pertama karena anak begitu unik dan tak bisa disamakan. Tak perduli berapapun jumlah anak kita, kita tetap harus belajar karena selalu merupakan pengalaman baru”. Sebagai calon emak2 berbuntut nyaris 2, quote tersebut terasa mengena di hati. Dalem banget! Yup, karena dengan ituh berarti gw (dan Abang tentunya sebagai penanam saham) kudu harus musti belajar, belajar, dan terus belajar, meningkatkan kualiitas diri, sehingga dapat menjadi orang tua dan suri tauladan [bukan timun suri!] bagi Zahia dan calon dedeknya.

Komitmen; memandang mata anak, mensejajarkan badan dengan anak ketika berbicara, dan memeluk bahunya meski meronta; serta menjaga bicara kita tetap berwibawa; adalah point penting berikutnya yang gw setuju 1000% tanpa syarat. Sejak dini anak emang harus paham bahwa dalam hidup ga semuanya bisa dipenuhi sama Mamake Bapake. Dalam hidup ada aturan2 yang harus ditaati, tanpa adanya adegan tawar-menawar.

Pada paragraph terakhir, Mba Susi menyatakan “Semua kembali ke kita sebagai orang tua. Kitalah yang mempersiapkan cetakannya, menyiapkan bahannya, kemudian mencetaknya. Pertanyaannya kemudian, pandaikah kita membentuk dan menghaluskan produk kita sesuai yang kita inginkan? Itu pertanyaan yang patut direnungkan. Jika anak diibaratkan seperti itu tentu saja”. Well, pertanyaan itu sungguh luar biasa (ampe merinding jabrig gw dibuatnya), dan hanya bisa dijawab oleh Sang Waktu. Semoga kita termasuk ke dalam produsen yang bisa ‘membuat’ produk2 unggulan, berguna tak cuma bagi dirinya sendiri dan keluarga, tapi juga umat banyak dan agama. Amien [Jeng Soes lagi eling neh].

Mba Susi, thanks banget sharingnya pada tulisan ini. Inilah yang gw suka dari silaturahmi di dunia maya, menimba ilmu gretongan, dari pengalaman orang lain. Diripun menjadi tercerahkan.

Oya, mengenai kesan dan pesan sponsor mengenai blog Susindra, gw seneng ko dengan kesimple-an penampakan blog dirimyu. Untuk membukanya pun sangat cepat, karena ga banyak pernak-pernik yang bikin loading menjadi lambreta bambang (baca: lama banget). Gw juga seneng dengan penyebutan nama ‘Susi’, sebagai panggilan si tokoh. Memanggil nama membuat pembaca menjadi lebih merasa dekat loh dengan penulisnya. Semoga kapan2 kita bisa ketemuan langsung yah Mbakyu, entah di Jepara, atopun di Perancis [amiiiieeeennnn yang panjang aaaahhhh]. Walopun sebenernya ekye agak2 malyu hati, melihat perbedaan kita bak bumi dan langit. Terlihat dari gaya bahasa dikau nan lemah lembut, sopan, beradab, menggambarakan wanita elegan. Sedangkan gw? Hihihi, preman tanah Abang ajah lewat! [amburadul dah pokonya]. Untuk pesen, gw sebenernya pengen mesen bathtub yang dari marmer itu Mba, tapi secara harganya pasti mehong tiada tara, sedangkan tabungan gw dalam keadaan memprihatinkan, maka tar2 ajah deh nunggu punya duit dulu (ato nunggu punya rumah sendiri dulu??), baru gw pesen tu bathtub [Jeng, plizz deh ah pesennya kaga nyambung pisan!!].

Yo weiss, Bu Bunting mo sarapan dulu. Kapan2 ngerumpinya kita lanjut lagi yah Mba. Sukses terus untuk kehidupan keluarga juga bisnisnya. Salam sayang untuk Mas Destin dan Binbin dari Zahia. Kapan neh mo maen ke Miri?? Ditunggu looooohhhh.

Selasa, 24 Mei 2011

Saat BatPil Melanda jiwa

Fiiuuuuhhh, akhirnya Princess Zahia bener2 say gudbay deh ama yang judulnya batuk-pilek-panu-kadas-kurap [3 terakhir itu mah penyakit langganan emaknya]. Ajegileeee, 1st time terinfeksi batpil, di usia 2 taun 6 bulan, ko kaga nanggung2 ampe 2 minggu sakitnya, mulai tanggal 26 April ampe 8 Mei. Wedeeeww, ini sakit ato jadwal penataran P4 yah???


So, begini kronologisnya. Tanggal 26 April, dini hari buta (sekitar jam 3 am) disaat ayam2 masih pada molor tapi the malingers (baca: para maling) beraksi dengan khusyu, mulut Zahia megap2 nyari kendi emaknya. Naluri seorang ibu, meski mata tetap terpicing dikarenakan masih terhanyut dalam mimpi indah barusan, dimana ekye lagi holidei di Al-Burj [kekeuh pengen kesono], dengan sigap menyodorkan benda yang dimaksud Sang Anak. Dan alangkah terkejutnya gw ketika menyadari betapa panasnya mulut Zahia. Pantes ajah sekitar jam 1 pas gw mo pepsi, gw ngerasa kening, badan, tangan, dan kaki Zahia agak2 anget [dengan dodolnya gw cuek bebek, belom menganggap ada keanehan]. Ketika di check pake thermometer, suhu tubuh Zahia 38,5°C. Tapiiiii, ndilalah Bu Bunting bukannya ngambil anduk kecil dan aer anget buat ngompres, eh malah lanjut berkebo-ria sambil terus nenenin [dasar emak durhaka!]. Setelah sholat subuh, gw kembali menge-cek keadaan Zahia. Alhamdulillah panasnya dah turun, suhun udah back to normal 37,6°C.

Well, seharian ituh Zahia emang masih sangat aktif dan pecicilan kaya bola bekel. Jadi, walopun badannya anget, gw ngerasa ga begitu kuatir, gw pikir treatment di rumah ajah insya Allah sembuh seperti biasanya ketika beberapa kali terkena demam. Mengenai makan, pagi dan siang masih makan seperti biasa, malah siang2 request minta dibikinin telur dadar campur wortel dan tomat. Cuma pas sore dikasih susu, langsung muntah. Begitu juga ketika disuapin makan malem, baru beberapa suap udah muntah.

Dini hari, tanggal 27 April. Badan Zahia kembali memanas, 38,6°C. Jadilah emaknya sibyuk ngeronda. Ngompres kening, ngecek suhu setiap 2 jam sekali, sms Om Zul kasih tau perkembangannya, sambil terus2an nyekokin nenen ke Zahia, yang bobonya juga kaga tenang alias sering terbangun2. Mana nafas Princess tumben2nan bunyi gituh kaya kesumbat sesuatu. Laki gw sms, nyuruh bawa ke Dokter ajah, daripada makin parah.

Pagi hari, Zahia bangun dengan iler meleber kemana2. Setelah gw teliti lebih lanjut, ups, ternyata eh ternyata itu bukan iler para pemirsa, melainkan ingus! Bagoooossss, demam ditambah pilek, memang paduan serasi. Langsung terbesit dalam otak gw pasti tar soulmatenya si pilek, yaitu batuk, bakalan nongol juga. Dan dugaan gw terbukti ketika Zahia mulai terbatuk2 ampe dadanya kesakitan. Tanpa ba-bi-bu lagi, jam 11 kami (baca: gw, Zahia, Uti) langsung cabs ke Klinik Desa Indah, tempat praktek Dokter terdekat dari rumah.

Petualangan dimulai. Dari rumah, jalan dulu ke halte bus sekitar 600 meter. Alhamdulillah ga pake lama bus dateng. Turun di E-Mart, celingak-celinguk bentar untuk ngecek dimanakah gerangan klinik tersebut, gw akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki secara klinik keliatan deket di depan mata, sedangkan Uti Zahia belanja beberapa keperluan di E-Mart (dan gw berpesan kalo belanjanya udah selesei bagus pulang ajah duluan, takut lama di dokter. Lagian tar Nyokap jamuran trus dilalerin kalo kelamaan ngetem di pasar). FYI, klinik ituh kaga dilewatin angkutan umum seperti bus ato ojeg gendong. Jangan ngarepin ada angkot ato becak yah di Miri. Atraksi pun dimulai. Bu Bunting, udah mah di bagian depan bawa drum sebiji, bawa tas berisi perlengkapan perang (biskuit, air minum Zahia, baju & diapers cadangan, tissue, dompet, kartu kesehatan), pegang payung, kudu ngegendong anak seberat 11 kilo pula ketika lagi nyebrang jalan [ajegilee mobilnya kenceng2 amith kaya lagi rally].

Nyampe di seberang E-Mart, gw turunin Zahia. “Sayang, Kaka jalan sendri ajah yah. Bunda ga kuat gendong, kasian dedeknya keteken”. Dengan manis Zahia bilang “Iya doooonnngg Bunda Kaka jalan cendiyi ajaaaa. Kan Kaka udah gadis, udah mo punya dedek”. Para pemirsa, jangan bayangkan di pinggiran jalan ada trotoar bagi pejalan kaki. Penampakan tepi jalan ini sangatlah horor, berupa rumput2 gondrong setinggi betis. Ngeri boo ngebayangin tiba2 ngejogrog uler dan sodara2 sebangsanya. Mo jalan agak2 ke aspal ekye ngeri dicipok sama mobil / bus / truk yang lewat. Untungnya perjuangan berjalan kaki sepanjang 500 meter itu selesei juga, ketika kami sampe di depan Klinik. Alhamdulillah masuk ke dalem langsung disambut oleh dinginnya AC. Lumajan bisa numpang ngeringin ketek yang basah. Sambil menunggu dipanggil, gw bersihin celana Zahia yang banyak ketempelan rumput jarum, nyuapin biskuit, dan ngasih minum. Hehehe, haus yah Nak ko mimiknya ampir abis setengah botol??

Tibalah giliran Princess diperiksa. Kata Uncle Daniel (nama si Om Doks), tenggorokan Zahia merah (radang). Di dalam dadanya pun banyak lendir. A lot of. Pantes nafasnya bunyi seakan2 dada Zahia dihuni kodok satu kampung. Dokter pun ngasih obat penurun demam lewat anus (yang sebelomnya gw pertanyakan tingkat urgensitas kenapa obat ini kudu diberikan) [biasa, emak2 bawel, kaga mau anaknya terkontaminasi obat2an sembarangan]. Beliau juga ngasih bekel 4 biji obat laennya, semua berupa sirup. Ada obat demam, batuk, bla-bla-bla. Setelah bayar 40 RM, kami cabs dari sono, kembali memulai atraksi menghebohkan melintasi padang ilalang. Doohh, tau gini ekye sekalian bawa gunting rumput ato arit deh dari rumah! Dalam perjalanan pulang banyak banget iklannya, bentar2 Zahia minta minum lah, ngeluh cape trus minta gendong lah, minta dipijet lah.

Sampai di halte, dengan perasaan bangga karena Princess mampu berjalan kaki sejauh 1 kilo (pp E-Mart-Klinik Desa Indah), meski lagi sakit, gw mengusap2 kening Zahia yang bercucuran peluh. Ga lama bus datang. Di bus, gw paksa Zahia untuk makan biskuit, supaya perut ada isinya (karena susu yang pagi sukses dimuntahin). Apakah perjuagan sudah berakhir, Temans? Tentu belum dunks, kan dari tempat bus berhenti ampe ke rumah masih kudu jalan kaki lagi. Ada tambahan jogging track Zahia sepanjang 600 m (kalo pp menjadi 1,2 kilo). So, total panjang rute ngesot kami berdua pada hari yang terik namun membahagiakan ini adalah 2,2 kilo. Nyampe rumah, makan bubur sedikit, minum obat, langsung deh Princess bobo.

Hari2 selanjutnya demam kaga dateng2 lagi, tapi virus batpil semakin membabi-buta. Bahkan, saking kesulitan bernafas, Zahia bobo dengan mulut terbuka ala kuda nil. Padahal biasanya mingkem loh selayaknya ningrat berdarah ungu [kalo biru takut dikira kader Demokrat]. Mana urusan minum obat susaaaaahhh minta ampyun, sesusah polisi menemukan keberadaan Nunun Nurbaiti, ibu2 pikun yang bagi2 sedekah dalam bentuk travel cek untuk menyukseskan pemilihan Deputi Gubernur BI taun 2004. Setiap abis minum obat selalu muntah. Jadi lah semua makanan dan minuman (baca: susu, air putih) yang udah bersemayam di tembolok ikutan keluar. Kaga heran, seminggu sakit, BB langsung turun dari 11,5 kilo menjadi 10,8 kilo. Rugi bandar dah ekye! Mana urusan muntah2 ini bikin Bu Bunting dilanda sutrisno berat, ngeliat Zahia kurus kerontang. Tapi anehnya tu bocah teteup aktif. Maen sepeda (di dalem rumah), lari2, manjat2, konser 2 album, baca buku, ngacak2in rumah, ampe koprol ratusan kali dijabanin selayaknya orang sehat. Luaaaarrr biasaaa!!

Hari Minggu, tanggal 1 Mei, sekalian Bu Bunting kontrol si Unyil, Zahia juga ikutan diperiksa lagi sama Dokter Teo [obat dari Dokter Daniel sebelumnya udah habis, tapi batpil tak kunjung reda]. Beliau bilang ada infeksi. Zahia dikasih antibiotik 2 biji, plus vitamin. Gw suka banget ke Klinik Teo, coz murah boo. Bayangin ajah, Bu Bunting USG + dikasih vitamin 2 biji (zat besi & minyak ikan), Om Zul minta obat juga [tapi bukan obat kuat loh, secara doski mah udah terbukti kuat luar dalem bak Gatot Koco], Zahia dicheck + dikasih obat, bayarnya cuma 46 RM. Murce pisan kaaaann??

Singkat kata singkat cerita, setelah meminum obat dari Dokter Teo, berangsur2 batpil Zahia angkat kaki. Sekarang, Alhamdulillah Princess sedang dalam keadaan mamayu kata orang Sunda mah. Makan jadi standard kuli panggul lagi. Memamah-biak tanpa henti. Pokonya gw kudu berhasil ‘menggemukan’ tu bocah [kaya sapi ajah ada program penggemukkannya?!], secara Lebaran sebentar lagi [maksud lo Bun?? Mo dikilo gituh??].

Wokeh deh, sekian rumpian kita pada hari ini. Sampai jumpa pada episode berikutnya, Temans. Cup muach mmuuuaaaaccchhh [bibir maju 7 senti]. Ekye mo makan dulu aaahhh, si Unyil nendang2 mulu dari tadi. Bujug dah, padahal baru ajah disumpel susu 1 gelas dan roti 2 tangkep (baca: 4 slice) tapi masih kurang yah Nak??

NOTE : Pas Zahia masih sakit, tu anak masih ajah ngikut AyBunnya shopping ke mall. Terus pas hari Senen tanggal 2 libur Labour Day, doski request maen di playground pula. Huehehe, gadis Banten gituh loh!! [hubungannya Jeng??]

 Walopun sakit tapi teteup dunks bergaya, bakat poto modol gituh looohhh. Zahia cantik kan, Om dan Tante sekalian??

 Baru pulang dari Teo's Klinic neh. Oya, sempet mampir juga ke Boulevard beli guling baru warna pinky aming untuk Zahia peluk2

Jumat, 20 Mei 2011

Cerita Zahia Tentang Bunda


Hai hai Ka Vania Anandita, perkenalkan yah namaku adalah Zahia Shahmin Najla. Supaya lebih akrab, Ka Vania bisa memanggilku Zahia ajah. Oya, sebelumnya Zahia mo ngucapin met milad yang ke-3 (hihihi gpp yah kecepetan 4 hari), tepatnya tanggal 25 Mei 2011 jam 6 sore. Walopun Zahia ga bisa dateng ke rumah Kaka untuk icip2 nasi kuning dan es cendol buatan Bunda Tia [Jeng, emang suka nemu es cendol yah di b’day party anak balita??], tapi Zahia doakan semoga Ka Vania sehat selalu, tambah pinter, semakin sholehah, dan bisa jadi kebanggan Ayah Bunda. Amien.

Oya, Zahia sekarang mo cerita tentang Bunda. Bunda tuh anak tunggal dari Uti Noortje sama Grandpa Jun. Uti juga anak tentara loh, sama dengan riwayat hidup Bunda Tia, yang lahir di Makassar karena Eyang Buyut Sapoetro waktu taun 1953 lagi dinas disana. Meski darah Jawa mengalir kental, tapi Uti menghabiskan sebagian besar hidupnya di Tanah Sunda (Bandung, Jakarta, Cilegon). Grandpa orang Phillipine, bekerja di Cilegon. Disanalah tumbuh benih2 cinta [huhuuuyy bahasanya ga nahaaannn euy], yang mengantarkan Uti & Grandpa ke meja penghulu [anak kecil belom paham San arti kata penghulu!!]. Lalu, pada 25 April 1982, di kota kecil bernama Serang (propinsi Banten), lahirlah seorang putri cantik nan lucu menggemaskan [bagi yang mo muntah sedia dulu ember sama lap], bernama Susan Noerina. Yup, itulah Bundaku tercinta.

Bunda sering banget cerita, meski Bunda adalah anak tunggal (Grandpa keburu dipanggil sama Sang Maha Kuasa di taun 1991), tapi Bunda sudah diajarkan untuk belajar mandiri sejak kecil. Waktu SD, setiap liburan sekolah 1 bulan tiba, Bunda langsung dikirim ke Bandung, tinggal bersama adik2nya Uti (aku nyebutnya Nini dan Aki). Pesantren kilat, kursus komputer, kursus bahasa Inggris, sampe kursus merangkai bunga, Bunda ikutin untuk mengisi liburan. Seminggu sebelum masuk sekolah, Bunda dijemput sama Uti, pulang ke Cilegon.

Sejak SMP Bunda udah berani pp Cilegon - Bandung sendirian. Uti anterin ke Terminal Merak ato nunggu bis di depan Masjid Agung Cilegon, tar tinggal dijemput deh di Terminal Leuwi Panjang. Kata Bunda ga usah takut naek bis sendirian, yang penting berdoa dan selalu waspada. Uti juga selalu nitipin Bunda koq ke supir dan kondektur bis, dan diusahain duduk di kursi paling depan supaya Pak Supir dan Pak Kondektur bisa terus memantau.

Lulus SMPN 1 Cilegon, dengan berbekal NEM 42,04 [hihihi ketauan dah dodolnya ekye], Bunda melanjutkan sekolah ke Bandung. Bunda bilang, Bunda sempet bertengkar dengan Uti gara2 ini. Kan Bunda pengennya sekolah di sekolah favorit, tapi apadaya ketika passing grade SMAN 20 Bandung diumumkan ternyata Bunda kurang 0,02 point [hiks hiks tu sekolah menerima NEM paling rendah 42,06]. Saat itu Bunda langsung mutusin mo pulang kampung, sekolah di SMAN 1 Serang. Tapi Uti kekeuh supaya Bunda masuk ke SMAN 7 Bandung, pilihan sekolah ke-2, yang sebenernya bukanlah pilihan Bunda, tapi Aki Budhi.

Bunda : (suara tinggi 7 oktaf) “Mom, SMAN 7 kan terkenal hobi tawuran. Reputasinya jelek deh. Aku ga mau ah sekolah disitu! Mending aku sekolah di Serang ajah!!”
Uti : “Sekolah tuh dimana2 sama, Sayang. Semua kembali kepada muridnya. Sekolah kan hanya suatu fasilitas. Kalo kamu belajar dengan sungguh2, insya Allah bisa sukses. Tapi kalo belajarnya cuma maen2 doang, yah ga bakalan jadi apa2”
Bunda : (volume suara bertambah menyaingi lengkingan tukang minyak keliling) “Ga mau!! Pokonya aku mau di Serang!!”
Uti : (geleng2 + tersenyum mafhum) “Sayang, kamu tau ga alasan kenapa Mama ngotot pengen kamu sekolah di Bandung? Sebab Bandung kota besar. Kalo kamu belum ngerasa cukup dapet pelajaran di sekolah, kamu bisa ikut bimbel. Disana lebih banyak pilihan, ada GO (Ganesha Operation), SSC, dll. Akses informasi juga pasti lebih update dari Cilegon ato Serang. Mama mikir jauuuuuhhh ke depan, dan itu untuk masa depan kamu”
Bunda : (nangis gerung2 di lantai) “Mama jahaaattt!! Mama ga pernah ngertiin akuuuuu!!” [plizz jangan ditiru kelakuan a-be-geh macem begini]

Demikianlah adegan perseteruan antara Bunda dan Uti. Akhirnya, Bunda pun mengalah, karena ngeri dengan ultimatum tidak akan dibiayai sekolah oleh Uti kalo masih ngotot mau sekolah di Serang, pluz ngeri dikutuk jadi Nikita Willy [hari gini dikutuk jadi batu kaya Malin Kundang mah udah ga musim Coy]. Setelah 3 taun berselang, Bunda barulah menyadari bahwa omongan dan jalan pemikiran Uti memang benar adanya. Alhamdulillah, perjuangan 3 taun itu berbuah manis, ketika Bunda diterima di perguruan tinggi negeri pilihannya, IPB.

Bunda bertransmigrasi dari Bandung ke Bogor. Bunda hanya pulang ketika liburan semesteran, itupun kalo sedang ga ngambil SP (Semeseter Pendek). Di IPB, SP itu untuk mengambil pelajaran untuk semester depan. Jadi lumayanlah bisa nyicil2 SKS. Bunda juga sibuk berteater ria jaman kuliah [cita2 ekye ikut Teater Koma belom juga kesampean]. Uti sering dateng ke Bogor, ambil cuti kantor, demi melihat Bunda manggung. Lumayaaan, Bunda jadi punya tambahan duit jajan, selain tentunya nambah kenalan, karena Ladang Seni Faperta pimpinan Bunda seringkali menjadi pengisi acara pada kegiatan2 Rektorat, Dekanat, dan di banyak kegiatan kemahasiswaan. Kata Bunda, kalo Zahia udah sekolah, harus kudu wajib musti ikut kegiatan ekstrakurikuler ato organisasi apapun sesuai dengan minat Zahia, karena banyak sekali manfaatnya bagi pengembangan diri. Duh, Zahia jadi pengen cepet2 sekolah nih.

Menyandang gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Hama Penyakit Tumbuhan 4 taun kemudian, Bunda sibuk cari2 pekerjaan. Bunda pernah kerja macem2, meski ga sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Tapi Bunda tetep ngejalanin itu semua, untuk tambahan ilmu dan pengalaman, selain tambahan pemasukkan tentunya. Freelance di BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), jadi sekretaris pengganti, kerja di EO, dan yang lumayan lama sebagai call centre di Indosat, sebelom akhirnya keterima di sebuah perusahaan forestry.

Petualangan baru Bunda pun dimulai. 9 bulan training di Pangkalan Kerinci Riau, jangan harap nge-mall saban minggu ato nonton bioskop sebagai pengusir jenuh, wong selama masa training ituh Bunda diharuskan nge-camp di tengah block / compartment (baca: bener2 dalam areal kerja yang emang letaknya di dalam hutan). Tidur di dalam tenda bersama 28 orang temen seperjuangan (5 cewe dan sisanya pejantan tangguh bertampang memprihatinkan), beralaskan tempat tidur lipat seperti yang dipake tentara, mandi & pup & pepsi (baca: pipis) ke sungai, cuci baju di kali. Bunda juga lebih sering bertemu dengan monyet pantat merah ato gajah, daripada manusia dengan tingkat kegantengan setaraf Keanu Reeves. Entah kenapa, Bunda justru bener2 menikmati masa training, karena meski secara kasat mata menderita jauh dari peradaban, tapi dijejali oleh ilmu2 kehutanan oleh para ekspat made in New Zaeland, Canada, Phillipine, dll, merupakan berkah yang tak terkira bagi Bunda, serasa lagi ngambil S2 kehutanan. Apalagi hidup seatap [eh beda atap deng, kan tenda cowo dan cewe dipisah] dengan 28 orang selama waktu yang lama, betul2 tempat pembelajaran sempurna mengenai rupa2 sifat manusia.

Ketika masa training berakhir, Bunda ditempatkan di salah satu anak perusahaan yang berada di Tidung Pala, Kalimantan Timur. Lagi2 harapan bekerja di tengah2 kota musnahlah sudah, karena yang judulnya perusahaan forestry pasti di berada nun jauh di pedalaman. So, beginilah rute yang ditempuh oleh Bunda untuk mencapai kantor barunya:

1. Pekanbaru - Jakarta naek pesawat selama ± 1.5 jam
2. Jakarta - Balikpapan naek pesawat lagi selama ± 2 jam
3. Lanjuuuddd Balikpapan - Tarakan oake pesawat selama ± 45 menit
4. Sudah nyampe kah Bunda? Tentu belom, karena perjalanan Tarakan - Tidung Pala dilanjutkan dengan speeadboat 800PK selama ± 2 jam
5. Dari pelabuhan, naek mobil 5 menit dah sampe HO. Kalo lari sambil dikejar doggy bisa 15 menit. Yang paling lama yah sambil ngesot, bisa2 sejam baru sampe. Dengan bonus lecet dimana2 + gempor melanda sukma

Ssssttt, ternyata ketika penempatan di KalTim inilah Bunda bertemu dengan Ayah yang ganteng luar dalem depan belakang. Padahal awalnya Bunda sempet mati2an mengajukan proposal untuk meminta penempatan di Riau ajah, dengan alasan keluarga (baca: Uti sawan ngedenger anaknya mo ke Kalimantan. Bagi orang Pulau Jawa nama Kalimantan kan berasa serem banget). Maka dari itu, Bunda selalu mengatakan bahwa segala sesuatu terjadi pasti memiliki tujuan (ato hikmah), dan pasti yang terbaik yang Allah suratkan untuk kita. Dari pertemuan singkat sekitar 3 bulan karena saat Bunda masuk Ayah sedang proses resign ke perusahaan lain di Kalimantan Barat, tanpa pake acara berpacaran ria terlebih dahulu, 6 bulan kemudian Ayah memberanikan diri untuk melamar Bunda. So sweet kan Ka Vania pertemuan Ayah dan Bundaku?? [cieeeehhh cieeehh, Jeng Soes lagi bernostalgila neh!].

Ayah dan Bunda menikah pada 19 Januari 2008. Setelah menikah, Ayah memutuskan untuk kembali ke perusahaan lama di Kalimantan Timur, supaya bisa berkumpul dengan Bunda [ekye mana tahaaaann boo idup jauh2an dari laki]. Alhamdulillah, di bulan Maret Allah memberikan kejutan spesial dengan kemunculan tanda strip 2 pada alat test-pack yang Bunda gunakan untuk mendeteksi keterlambatan jadwal menstruasinya. Lalu, saat aku baru meringkuk selama 3 bulan di rahim Bunda, Alhamdulillah lagi2 Allah memberikan hadiah kepada Ayah dan Bunda. Yes, sebuah perusahaan forestry di Sarawak berminat dengan CV Ayah dan langsung meminang Ayah utuk dijadikan staffnya. Tanpa banyak ba-bi-bu, tanpa segala runutan prosedur yang umum seperti tes2 dan interview, Ayah dikirimkan offering letter. Setelah semuanya deal, aku yang masih dalam kandungan dan Ayah Bunda berangkat ke Miri, Sarawak, tepatnya tanggal 14 Agustus 2008.

Ayah ditempatkan di Bintulu. Disitulah kota kelahiranku. Sebenernya waktu aku lahir, kandungan Bunda baru berusia 32 minggu. Tapi apa boleh buat, karena aku sudah digariskan untuk mengikuti program akselerasi (baca: percepatan), maka di saat ketuban Bunda pecah aku pun siap meninggalkan tempat tinggalku yang hangat selama 7 bulan, untuk bertemu langsung dengan Ayah dan Bundaku. 17 Oktober 2008, jam 11.45 pm, aku keluar lewat jendela (baca: operasi), sebab posisiku yang sungsang dan akan sangat berbahaya jika Bunda bersikeras mengeluarkan aku secara normal.

Ka Vania, sekarang aku udah pindah ke Miri, karena sejak Februari taun lalu Ayah ditransfer ke HQ (Head Quarter Office). Kapan2 kalo Kaka maen kesini kabarin aku yah. Tar aku ajak jalan2 ke Brunei, dari rumah cuma 2 jam naek mobil ke Bandar Seri Begawan. Ga usah mikirin penginapan, kalo Kaka mau nginep ajah di rumah, tapi rumahku kecil loh. Kaka juga harus nyobain masakkan Bundaku yang super duper uenak [pingsan!!], hasil kursus privat dari Chef Zul. Tau dong pastinya Kaka sama chef terkenal itu?!

Okeh deh Ka, sekian dulu ngerumpi2nya. Kapan2 kita lanjut lagi. Big hug from Miri, mmmmuuuaaaccchhh!!

NB: Zahia dan Ayah Bunda sekarang sedang mengejar mimpi untuk dapat tinggal di jazirah Arab. Cuma Ayah bilang kalo mo stay disana, Ayah kudu beralih profesi dari forester menjadi petani kurma ato peternak onta, secara disana kan ga ada hutan belantara. Kalo Ayah seh berharap banget bisa mengepakkan sayap ke Aussie, NZ, Brazil or Canada (negara2 yang terkenal di dunia forestry). Apapun itu, Ayah Bunda selalu mengajarkanku untuk berani bermimpi dan bercita2, serta berusaha keras untuk meraih impian itu dengan cara yang halal. Hehehe, supaya bisa idup tenang, ga dikejar2 polisi, dicaci maki masyarakat, dan dilaknat Tuhan [apa kabar gerangan Om Gayus dan Tante Malinda Dee??]

NB lagi : Kalo Bunda Tia kepanjangan ngedongengin cerita tentang Bundaku dalam satu waktu, bisa dibagi jadi 10 part supaya ga kepanjangan hihihihi. Ups kelupaan, semisalnya Zahia menang hadiahnya dikirim ke rumah Ni Aki ajah yah Ka di Singkawang. Kalo ngirim ke Miri seh berat ongkos kirimnya [GRnya kumat].

Jumat, 06 Mei 2011

Berharap Kali Ini Rezekinya Bu Bunting

Huehehe, baca judulnya kesannya kumahaaaaa gitttccchhuuu. Lama kaga nongol, Bu Bunting yang awal mulanya mau menceritakan perihal ketidakhadiran Jeng Soes sekeluarga dalam pernikahan sepupu jauh gw (baca: Kangmas William dan Mbakyu Kate), akibat Princess Zahia tiba2 terkena batpil untuk pertama kalinya, terpaksa dicancelled gara2 mendengar kabar kabur bahwa Om Gaphe mo bagi2 Cadbury Choclairs. So, semumpung Zahia lagi kebo, gw pun bergegas untuk membuat postingan spesial untuk si Om. Oya, kaga usah jantungan ngeliat postingan Jeng Soes kali ini yang super pendek. Untuk cerita sakitnya Zahia, plus rancangan topi dan gaun yang udah gw bikin untuk ke Westminster Abbey [so pasti topi gw lebih keren dari yang dipake Victoria Beckham], ngerumpinya pada postingan mendatang ajah yaaaaaa.



Sekedar bernostalgila, perkenalan gw dengan Gaphe berawal saat doski mo membagikan phasmina oleh2 dari pelesiran ke KL. So, dengan semangat'45 dan tanpa malyu2 kucing garong, Bu Bunting berpartisisapi dalam hajatan Beliau. Setelah itu hubungan kami berdua menjadi lebih mesra lagi. Saling bertegur sapa lewat pesbuk, saling bergosyip mengenai hubungan Dewi Sisik vs Nicky Tirta yang kandas di tengah jalan, ampe saling pinjam-meminjam jilbab [lho?!?!]. Tapi jujur ajah, jauuuhhh sebelum itu, gw sering banget ngeliat namanya bergentayangan woro-wiri di blog manapun. Maklum lah, doski pan seleb kulit cap 88 [piss Phe hihihi].

Okeh deh, tanpa berbasa-basi lagi, ekye akan menjabarkan kesan dan pesan yang terlintas di lubuk hati terdalam mengenai Om Yoga Pratama.

Ga bisa gemuk2, meski icip-mengicip makanan adalah hobinya, mungkinkah banyak naga dalam ususnya??
Adalah seorang petualang sejati, mendaki gunung turuni lembah, mengobok2 banyak kota, propinsi, bahkan lintas negara, demi menyalurkan hobi ber-travelling ria.
Perjalanannya itu kemudian didokumentasikan dalam sebuah blog, berjudul "Gaphe Bercerita".
Hanya dengan tujuan untuk berbagi pengalaman dengan orang lain, berbagi sensasi, juga informasi.
Emak Zahia berharap, suatu hari nanti Sang Petualang bisa mampir ke Miri, bersilaturahmi dengan keluargazulfadhli, ditemani berlembar2 roti canai plus daging kari, dan secangkir Tongkat Ali.

Phe, meskipun panjang, tapi lo liat dunks tanda bacanya cuma 5 biji (1 tanda tanya dan 4 titik). It means hanya ada 5 kalimat disono, sesuai persyaratan. Jadi awas ajah kalo Bu Bunting tidak diikutsertakan dalam arisan!! [ngasah golok_hehehe ngancem boo]. Oya, kalo lo baca setiap huruf pertama yang gw kasih garis bawah secara menurun, itu akan terangkai jadi 'GAPHE'. Keren kan gw?? [digetok pake palu!! Narsis ko yah kaga ilang2?!].

Yo weiss, burung irian burung cendrawasih. Burung nuri burung kakaktua. Lah kenapa gw jadi ngomogin burung nyak?? Wokeh deh, ekye cabs dulu. Yuks ah mareeeee.

 Congrats Say untuk pencapaiannya. Ajegile dah 200 tulisan! Mantaaaaffff. Sekalian ajah Phe dibukuin cerita2nya, sapa tau ada yang berminat nerbitin

NB: Maap yah Temans ekye belom sempet bertamu ke rumah Temans sekalian. Bukannya somse loh, tapi emang riweuh banget ngurus anak sakit (dah seminggu lebih neh sakitnya). Tengkiu atas pengertiannya Cyiiinnn.