Rabu, 25 Mei 2011

Teruntuk Wanita Ayu dari Jepara

Mba Susi. Bukan, bukan Mbakyu Susi Susanti Sang Atlet bulutangkis yang dapet medali emas di Olimpiade Barcelona taun 1992, atopun Jeng Susi Fitriasih temen SMA gw di 3 IPA 2. Pun, bukan Susi So Nice, merk sosis terkenal yang iklannya gentayangan di tipi [maapkan kejayusan ekye sodara2]. Yang gw maksud adalah pemilik blogsusindra.blogspot.com, Mba Susi Ernawati Susindra. Ada apakah gerangan dengan Beliau sehingga akhir2 ini berita tentangnya seringkali muncul di Kabar-Kaburi ato Was-Wes-Wos? Psssttt, bagi yang belom tau sini ekye kasih tau! Doski kan lagi mo bagi2 amal jariah dalam rangka menyambut ulang taun blognya yang pertama. Hadiahnya ga nanggung2 loh, selain pernak-pernik khas Jepara, ada juga 5 biji sepeda motor, potonya doang. Sangat menarik bukan?? So, hayoo ah bagi yang mo ikutan acaranya dipersilahkan ikutan sebelum tenggat waktunya berakhir, yaitu 28 Mei 2011.

Kembali ke tujuan awal dimana ekye akan menceritakan mengenai Mbakyu cantik yang menguasai 5 bahasa itu: bahasa Indonesia, Jawa, Inggris, Perancis, dan terakhir bahasa tubuh. Nama doski pertama kali terdengar ke Miri ketika menjadi juara II pada lomba yang digelar oleh Pakdhe Cholik, Kontes Unggulan Cermin Berhikmah (K.U.C.B). Saat itu, Jeng Soes mulai deh mampir2 ke rumah Beliau, sebagai pengunjung tak kasat mata (baca: silent reader). Lalu, hubungan rahasia kami terkuak kehadapan public setelah Beliau menorehkan jejak langkah di blog keluargazulfadhli ketika sedang mengemban tugas Negara nan mulia, menjadi juri dalam Giveaway CalVin (Maret Ceria). Setelah itulah gw mulai ‘berani’ untuk meninggalkan sebait dua bait komen, pada postingan2 Beliau.

Salah satu postingan Beliau yang menjadi paporit gw adalah ‘Intuisi Ibu untuk Memilih Metode Pengasuhan Anak’. Membaca artikel tersebut, membuat ingatan gw melayang ke masa lalu. Kehamilan membuat gw dan Abang kesurupan ngumpulin artikel2 mengenai pengasuhan anak dan segala teori tumbuh kembangnya. Ratusan lembar kertas A4 serta berpuluh2 botol tinta printer di kantor laki gw menjadi saksi bisu. Tiap malam, kami (baca: terutama gw calon penyandang gelar Bunda) membacanya sampe khatam. Istilahnya, ngelotok luar kepala. Tapi, ketika Zahia lahir dan tumbuh semakin besar menjelma menjadi gadis kecil nan cantik mempesona, ternyata ga semua teori2 tersebut cocok dan sukses dipraktekkan kepada Zahia. Seperti Mba Susi bilang, intuisi ibulah yang mengasah serta membimbing gw dalam memilih dan memilah teori mana2 ajah yang terbaik untuk Princess.

Kemudian, pernyataan Mba Susi lainnya yang sangat menarik adalah “Anak kedua juga merupakan pengalaman pertama karena anak begitu unik dan tak bisa disamakan. Tak perduli berapapun jumlah anak kita, kita tetap harus belajar karena selalu merupakan pengalaman baru”. Sebagai calon emak2 berbuntut nyaris 2, quote tersebut terasa mengena di hati. Dalem banget! Yup, karena dengan ituh berarti gw (dan Abang tentunya sebagai penanam saham) kudu harus musti belajar, belajar, dan terus belajar, meningkatkan kualiitas diri, sehingga dapat menjadi orang tua dan suri tauladan [bukan timun suri!] bagi Zahia dan calon dedeknya.

Komitmen; memandang mata anak, mensejajarkan badan dengan anak ketika berbicara, dan memeluk bahunya meski meronta; serta menjaga bicara kita tetap berwibawa; adalah point penting berikutnya yang gw setuju 1000% tanpa syarat. Sejak dini anak emang harus paham bahwa dalam hidup ga semuanya bisa dipenuhi sama Mamake Bapake. Dalam hidup ada aturan2 yang harus ditaati, tanpa adanya adegan tawar-menawar.

Pada paragraph terakhir, Mba Susi menyatakan “Semua kembali ke kita sebagai orang tua. Kitalah yang mempersiapkan cetakannya, menyiapkan bahannya, kemudian mencetaknya. Pertanyaannya kemudian, pandaikah kita membentuk dan menghaluskan produk kita sesuai yang kita inginkan? Itu pertanyaan yang patut direnungkan. Jika anak diibaratkan seperti itu tentu saja”. Well, pertanyaan itu sungguh luar biasa (ampe merinding jabrig gw dibuatnya), dan hanya bisa dijawab oleh Sang Waktu. Semoga kita termasuk ke dalam produsen yang bisa ‘membuat’ produk2 unggulan, berguna tak cuma bagi dirinya sendiri dan keluarga, tapi juga umat banyak dan agama. Amien [Jeng Soes lagi eling neh].

Mba Susi, thanks banget sharingnya pada tulisan ini. Inilah yang gw suka dari silaturahmi di dunia maya, menimba ilmu gretongan, dari pengalaman orang lain. Diripun menjadi tercerahkan.

Oya, mengenai kesan dan pesan sponsor mengenai blog Susindra, gw seneng ko dengan kesimple-an penampakan blog dirimyu. Untuk membukanya pun sangat cepat, karena ga banyak pernak-pernik yang bikin loading menjadi lambreta bambang (baca: lama banget). Gw juga seneng dengan penyebutan nama ‘Susi’, sebagai panggilan si tokoh. Memanggil nama membuat pembaca menjadi lebih merasa dekat loh dengan penulisnya. Semoga kapan2 kita bisa ketemuan langsung yah Mbakyu, entah di Jepara, atopun di Perancis [amiiiieeeennnn yang panjang aaaahhhh]. Walopun sebenernya ekye agak2 malyu hati, melihat perbedaan kita bak bumi dan langit. Terlihat dari gaya bahasa dikau nan lemah lembut, sopan, beradab, menggambarakan wanita elegan. Sedangkan gw? Hihihi, preman tanah Abang ajah lewat! [amburadul dah pokonya]. Untuk pesen, gw sebenernya pengen mesen bathtub yang dari marmer itu Mba, tapi secara harganya pasti mehong tiada tara, sedangkan tabungan gw dalam keadaan memprihatinkan, maka tar2 ajah deh nunggu punya duit dulu (ato nunggu punya rumah sendiri dulu??), baru gw pesen tu bathtub [Jeng, plizz deh ah pesennya kaga nyambung pisan!!].

Yo weiss, Bu Bunting mo sarapan dulu. Kapan2 ngerumpinya kita lanjut lagi yah Mba. Sukses terus untuk kehidupan keluarga juga bisnisnya. Salam sayang untuk Mas Destin dan Binbin dari Zahia. Kapan neh mo maen ke Miri?? Ditunggu looooohhhh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar