Bagi orang yang lahir di tahun 1980-an, besar di tahun 1990-an, dan hobi baca, pasti inget dunks sama Hilman sang pengarang buku Lupus. Itu loh cowo berjambul yang hobi makan permen karet, punya adek namanya Lulu, emaknya punya usaha catering. Buku bestseller yang kemudian dibikin film dimainkan oleh alm. Ryan Hidayat sebagai Lupus [
sumpeh lo San masih inget ajah?!]. Judul postingan ini sengaja gw ambil dari judul salah satu serial Lupus, karena kayanya cocok ajah sama kisah yang mo diceritakan. Gw & Ayahnya Zahia memang seperti sedang main kejar2an, yang akhirnya bisa ditangkap [
baca: gw yang ditangkap Abang bukan sebaliknya]. Berkali2 kita berada di kota yang sama, tapi ga pernah berjumpa. Karena apa? Waktunya beda booooo.
Abang lebih tua 2 tahun dari gw. Jadi, saat Abang lulus kuliah di tahun 2003, gw baru lulus dua tahun kemudian yaitu 2005. Setelah lulus dari UNTAN (Universitas Tanjungpura), Abang langsung keterima program Forester Trainee Batch 4 di PT.RAPP - RGM Group, Pangkalan Kerinci. Gw, tiga tahun kemudian (karena 1 tahun gw kerja di Indosat yang sama sekali ga nyambung dengan kuliah yang gw ambil), yaitu tahun 2006, juga keterima di perusahaan yang sama dalam program yang sama, juga sama2 Batch 4, hanya namanya saja yang berganti menjadi Graduated Trainee. Jodoh kah? Atau kebetulan? Gw ga tau. Yang pasti, kita ga sempet ketemu di Riau karena pada waktu gw mengikuti program tersebut Abang udah ngacir ke Kalimantan Timur semenjak tahun 2005 (Group sama hanya beda perusahaan).
Sebagai seorang GT, gw diwajibkan mengikuti training selama 9 bulan. Mencicipi setiap Department (Planning, Plantation, Harvesting, Infrastructure, Water Management, Nursery, dll), dimana setiap akhir sesi di masing2 Department diadakanlah ujian semacam UAS pas kuliah. Maka setelah masa training selesai, setiap orang akan dimasukkan ke Department sesuai dengan perolehan nilai ujian di Department mana yang paling ok serta kebutuhan masing2 Bisnis Unit yang ada. Waktu itu, dari 28 jumlah anggota GT Batch 4, kami ditransfer ke dalam 3 Bisnis Unit, yaitu Riau Fiber (Riau), Dumai Fiber (Dumai), Pasific Fiber (Kalimantan Timur). Dan saat diumumkan, ternyata gw ditempatkan di Kalimantan, bersama 6 orang teman gw. Ok. Ini kedua kalinya kami main kejar2an. Jodoh kah? Atau kebetulan?? [
NB: saat itu gw & Abang belum saling kenal wong belum pernah ketemu].
Pacific Fiber memiliki 2 anak perusahaan, Itchi Hutani Manunggal (IHM) di Balikpapan dan Adindo Hutani Lestari (AHL) di Tidung Pala [
silahkan cari di peta, semoga ada hehehe]. Gw termasuk yang beruntung karena ditempatkan di ujung dunia, dimana untuk sampai Tidung Pala butuh perjuangan panjang. Dari Balikpapan naik pesawat dulu 1 jam sampai Tarakan [
kalo mo hemat bisa juga naik sampan], dilanjutkan dengan speedboat selama 2 jam dimana bagi gw merupakan cobaan hidup yang teramat berat tapi tetap harus ditanggung karena sejauh mata memandang cuma air dan gw langsung parno membayangkan yang aneh2 secara gw ga bisa berenang. Udah sampe kah kita? Alhamdulillah, ternyata udah, walopun dari Pelabuhan lanjut lagi naik mobil / ojek 7 menit untuk sampai ke Head Office nya [
kalo lari mungkin sekitar 15-20 menitan].
Gw dengan sukses ditempatkan di Head Office, Planning Department. Lalu dimanakah gerangan Abang? Wowowowowo, Beliau terdampar di dalam hutan, Estate (camp) Sebakis namanya, sekitar 8 jam perjalanan darat dari Tidung Pala. Yah maklum namanya juga orang hutan (baca: forester). FYI, Sebakis adalah hutan yang oleh perusahaan dibangun camp didalamnya. Dari situ ke kota terdekat bernama Nunukan harus menggunakan speedboat selama 2 jam perjalanan. Dari Pulau Nunukan kita sudah bisa melihat Malaysia di ujung paling timur, yaitu Tawaw.
Pertama kali kita ketemu adalah pada saat gw diajak untuk kontrol ke Sebakis oleh bos gw yang ganteng dan baik hati, Mr. Mitch Hughes. Kita berangkat after gw sholat Subuh, bertiga dengan Pak Johan sebagai driver. Setelah menempuh perjalanan off road parah karena jalannya adalah jalan tanah dan kebetulan sekali hari itu hujan becek ga ada ojek [
hai CinLau, apa kabar?], serta berbukit2 dan berbelok2 kaya di puncak, ditambah penyakit mabok gw kumat, akhirnya sampai juga kami di Sebakis sekitar pukul 1 dengan selamat. Kedatangan kami disambut oleh beberapa orang, salah satunya bernama Zulfadhli HM. Kesan pertama ketemu gimana Jeng Susan? Jangan ditanya karena gw masih jetlag seperti habis naik roller coaster di Dufan 25x.
Pertemuan pertama biasa2 ajah, ga ada yang namanya flirting2. Tapi gw langsung “ngeh” bahwa makhluk ini memiliki peran penting di camp Sebakis karena si Om Zul inilah yang membawa Bos & gw muter2 di areal Sebakis serta menjelaskan progress terbaru seperti: compartment2 yang baru ditanam, compartment2 yang siap tebang, pembangunan jalan baru, pembuatan kanal, ketersediaan bibit di Nursery, dan sebagainya. Oh oh oh, baru gw tau belakangan kalau ternyata Beliaulah kepala suku di Sebakis. 3 hari menginap disini, gw & Bos kembali ke habitat di Tidung Pala.
Setelah KopDar pertama yang tidak mendebarkan itu, kami bertemu lagi sekitar 3x, sebelum Abang pindah [
lagi??] ke perusahaan lain, kali ini beda Group. Tapi saat itu gw & Abang sudah menjalin pertemanan, kita pasti ketemuan kalo Beliau sedang turun ke HO. Tapi jangan dipikir ketemuan yang romantis, cuma berdua, dilanjutkan dengan candle light dinner yah. Ketemunya di mess, banyak orang, ngobrol2 seru seputar bau badannya si A, atau si B yang selalu minta dibayarin mulu kalo makan, dan obrolan lain yang tentunya teramat sangat menarik serta menambah wawasan.
Ada 2 pengalaman yang melekat terus di memori gw, yang bikin gw kadang berfikir oh mungkin inilah yang dinamakan jodoh [
mikir kaya gituhnya baru after merid, kalo dulu2 boro2]. Yang pertama waktu Abang nganterin gw pulang ke mess dari mess nya dia sekitar jam 7 malam, saat melewati pasar malem kagetan terus ketemu anak buahnya:
Anak Buah: “Malem Pak Zul, mau kemana neh?”
Abang : “Oh biasa mo nganterin Nyonya pulang” (cengar-cengir kuda)
Anak Buah : “Ohhhhhhhhhh” (senyum2 lebar banget sambil ngelirik gw)
Ih, Nyonya dari Hongkong! Ngaku2 banget seh Om, plizzzz deh!!
Yang kedua berkaitan dengan hobi gw menjarah barang2 bagus punya temen [
tapi gw ga pernah menjarah pacar / suami orang loh!!]. Saat itu gw naksir berat sama cincin peraknya Abang yang katanya beli di Jogja dan tas travel kit Eiger warna merah . Alhasil gw sita lah kedua barang keren tersebut dengan alasan sebagai kenang2an karena Abang dah mo pindah. Abang pasrah dengan kelakuan gw, malah sempet bilang “tar cincinnya diganti sama yang emas”. Idih, gw mah anggep angin lalu ajah ga gw timpalin. Ternyata eh ternyata, 9 bulan setelah kejadian itu cincin peraknya memang digantikan dengan cincin emas putih yang dimasukkan dengan mesra ke jari manis gw setelah selesai ijab kabul.
Harap digaris-bawahi, bahwa dalam rentang waktu 9 bulan itu kami tidak berpacaran, menjalin kisah-kasih-mesra, ato menjadi TTM alias Teman Tapi Mesra. Hubungannya biasa ajah. Apalagi kami berada di pulau yang berbeda, meskipun masih sama2 Kalimantan. Gw di Timur (Tidung Pala) dan Abang di Barat (Sanggau). Kami ga pernah smsan, hanya 1x kontak2an, itupun Abang dengan kopetnya menelepon gw 10 menit untuk menanyakan gosip terbaru di Adindo, bukannya menanyakan kabar gw. Tapi entah wangsit dari mana, pada bulan Oktober Beliau melamar gw. Hah, melamar?? Ga salah tuh?? Via email pula [
cerita lengkapnya bisa dibaca di postingan sebelumnya yang berjudul “Nikah Koboy”].
Gw memiliki suatu keyakinan bahwa ga ada satupun kejadian di dunia ini yang terjadi karena kebetulan. Semuanya pasti memiliki tujuan. Dan hanya Yang Maha Pengatur lah yang mengetahui jalan ceritanya, bagaimana endingnya nanti, apakah akan happy ending atau tidak. Apapun itu, kita harus menerimanya dengan ikhlas karena itulah yang terbaik menurut-Nya, meskipun terkadang menurut kita tidak. Merdeka!!!!! [
Jeng, ga nyambung tuh kata2 penutupnya].