Dua minggu yang lalu, datanglah seorang teman ke rumah. Panggil saja Kak Mawar, yang berasal dari Pontianak (sama seperti hubby). Setelah ngobrol ngalor-ngidul, Kak Mawar tiba2 menceritakan masa lalunya. Ternyata dirinya sudah menikah 2x. Pernikahan yang pertama dilakukan saat usianya 16 tahun, dengan seorang laki2 yang teramat sangat tampan dan kaya. Kak Mawar berasal dari keluarga yang kurang mampu dan memiliki banyak adik2 (Beliau anak ke-2 dari 9 bersaudara). Sekolahnya pun hanya tamat SD. Karena wajahnya yang cantik, maka banyak pria yang tergila2 padanya. Pilihan pun dijatuhkan pada pria kaya itu, dengan maksud jika menikah dengan orang kaya maka dia bisa membantu orang tuanya dan juga menyekolahkan adik2nya. Intinya adalah ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Tapi apa mau dikata, Kak Mawar yang pada awal pernikahan dihujani dengan hadiah2 mewah oleh Sang Suami seperti dibikinkan rumah yang besar, diberi banyak perhiasan yang diantaranya adalah kalung emas 100 gr serta gelang 50 gr, dibelikan pakaian bagus2 dan mahal, setelah hamil justru mendapatkan perlakuan sebaliknya. Keadaan berubah 100%. Kak Mawar dijadikan babu di rumahnya sendiri. Dipukuli oleh suami dan keluarga besarnya. Ditendangi sampai pingsan. Tidak cuma itu, bahkan Kak Mawar pernah ditusuk dengan pisau di bagian perutnya. Semua emas2nya disita oleh Ibu Mertua. Beras dijatah cukup ga cukup 5 kg untuk 1 minggu. Tidak pernah dipegangi uang sepeser pun (musnah sudah impian untuk menyenangkan orang tua, apalagi menyekolahkan adiknya). Puncak kesengsaraannya adalah ketika suaminya menghamili pembantunya sendiri.
Saat gw tanya kenapa Beliau tidak melaporkan kepada polisi atau setidaknya ketua RT / RW, Kak Mawar hanya bilang bahwa waktu itu dia masih kecil, masih sangat polos, belum menegrti apa2. Tidak memiliki keberanian untuk pergi ke rumah Pak RT / RW, apalagi ke Kantor Polisi. Bahkan untuk cerita kepada orang tua saja dia tidak bisa, karena tidak mau menambah beban hidup keluarganya.
4 tahun kemudian, Kak Mawar akhirnya bisa bercerai dari suaminya. Itupun setelah suatu kejadian yang sangat memalukan, dimana laki2 sinting itu membawa kabur istri tetangga yang rumahnya masih 1 jajaran dengan rumah Kak Mawar. Lalu perempuan gila yang bersedia dibawa kabur oleh suami Kak Mawar kembali ke tangan suaminya dalam keadaan hamil. LUARRR BIASA!!!!
Pernikahan yang awalnya bak hidup di surga dengan bergelimang harta itu memberikan trauma mendalam bagi Kak Mawar. Membuatnya menjadi teramat sangat takut jika mendengar kata2 pernikahan. Namun Beliau akhirnya berhasil “bangkit”, sampai akhirnya menikah kembali setelah 4 tahun menjanda. Alhamdulillah suaminya yang sekarang walaupun keras wataknya tapi tidak pernah memukul.
Ada juga kasus lain, yang mana pemeran utamanya adalah adik ipar gw sendiri. Awal tahun 2008 dia memutuskan untuk menikah dengan pacarnya. Undangan dicetak dan sudah disebarkan, tenda sudah disewa, souvenir untuk tamu disiapkan, bahan2 untuk konsumsi tamu sudah lengkap di dapur. Sang calon pun sudah menyerahkan seserahan kepada adik & keluarga, seperti tempat tidur, seperangkat emas, bed cover, dan masih banyak lagi. Manusia berencana tapi Tuhan berkehendak lain. Adik ipar gw, 3 minggu menjelang hari-H, memutuskan untuk TIDAK JADI menikah dengan pacarnya itu. Dia akhirnya bercerita bahwa dia pernah dipukul oleh pacarnya sehingga dia takut kalau sudah merid kejadian itu akan dialaminya lagi. Gw sempat bilang sama hubby “Alhamdulillah yah Bang wangsitnya ga datang terlambat”.
Kisah seorang temen sewaktu gw kerja di Jakarta lebih miris lagi. Cewe ini, sebut saja Lina, tetap bertahan dengan pacarnya yang suka menyiksa [menurut gw cowo itu bener2 psikopat]. Sering kali kalau mereka berantem Lina dipukul, digampar, ditendang, dicaci maki dengan kata2 yang sangat kasar. Tapi setiap kita, teman2nya memberi saran untu meninggalkan cowo itu dan mencari cowo lain, Lina selalu bilang “Gw ga bisa hidup tanpanya. Ga ada orang lain yang begitu dalam mencintai dan menyayangi gw selain dia”. WHAT?!?! Setelah semua perlakuan buruknya itu elo masih nyebut2 kata “cinta” dan “sayang”??? Gw yang ngedengernya berasa mo pingsan. Berulang kali gw membodoh2i Lina, bahkan saking kepengen ngebenerin otaknya yang udah ga bisa berfikir waras itu gw berniat ngebawanya ke psikiater. Bener2 cinta buta dan sangat bodoh! Gw sampai heran ko ada orang yang rela hidupnya dihancurkan oleh orang lain. It’s totally stupid, honey!! Wake up atuh!!!! Kalo lagi pacaran ajah disiksa seperti itu gimana kalo udah nikah?!?!
Pepatah berkata, bahwa setiap manusia dicptakan berpasangan. Maka seharusnya konsep berpasangan adalah dimana dua orang yang menjadi pasangan itu dapat saling membahagiakan satu sama lain. Saling berbagi cinta kasih. Saling melengkapi kekurangan masing2. Saling memberi support. Seperti halnya hubungan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan, dimana keuntungannya harus dirasakan oleh kedua belah pihak.
Jika memang kemudian semua hal yang indah2 itu berubah jadi mimpi buruk, ketika pasangan yang awalnya bersikap luar biasa manis dan lemah lembut berubah menjadi monster yang mengerikan, ketika tangan mulai berbicara menyakiti tubuh,atau kata2 makian yang sebelumnya tidak pernah terlontar dari bibirnya yang biasanya selalu memuji, maka “Sang Korban” harus bisa bangkit dan memutuskan segalanya. Demi keselamatan dirinya sendiri. Jangan menjadi bodoh, bisu, dan tuli dengan mengatasnamakan cinta. Bullshit itu!! Gw ulangi sekali lagi: BULLSHIT!!!! Karena cinta tidak ditandai dengan muka yang kusut, mata yang bengkak karena menangis terus2an, lebam di pipi, tusukan di perut, atau hati yang remuk redam setiap saat.
Ayo ladies, sudah waktunya untuk berani berkata TIDAK dan bertindak TEGAS. Karena hidup hanya sekali. Dan tidak akan ada yang menghargai diri kita kalau kita tidak menghargai diri sendiri.
NB: Gw sendiri teramat sangat bersyukur karena Allah memberikan gw seorang suami yang walopun ga seganteng Leonardo Di Caprio, ga sekaya Om Donald Trump, perutnya pun chabi [pipi kaleee], tapi ga pernah sekalipun menyakiti gw baik dengan kata2 apalagi perbuatan. I love u so much, my lovely husband. Mmmuuaaaccchhhh [sun sayang sampe bibir maju 7 cm]
Tapi apa mau dikata, Kak Mawar yang pada awal pernikahan dihujani dengan hadiah2 mewah oleh Sang Suami seperti dibikinkan rumah yang besar, diberi banyak perhiasan yang diantaranya adalah kalung emas 100 gr serta gelang 50 gr, dibelikan pakaian bagus2 dan mahal, setelah hamil justru mendapatkan perlakuan sebaliknya. Keadaan berubah 100%. Kak Mawar dijadikan babu di rumahnya sendiri. Dipukuli oleh suami dan keluarga besarnya. Ditendangi sampai pingsan. Tidak cuma itu, bahkan Kak Mawar pernah ditusuk dengan pisau di bagian perutnya. Semua emas2nya disita oleh Ibu Mertua. Beras dijatah cukup ga cukup 5 kg untuk 1 minggu. Tidak pernah dipegangi uang sepeser pun (musnah sudah impian untuk menyenangkan orang tua, apalagi menyekolahkan adiknya). Puncak kesengsaraannya adalah ketika suaminya menghamili pembantunya sendiri.
Saat gw tanya kenapa Beliau tidak melaporkan kepada polisi atau setidaknya ketua RT / RW, Kak Mawar hanya bilang bahwa waktu itu dia masih kecil, masih sangat polos, belum menegrti apa2. Tidak memiliki keberanian untuk pergi ke rumah Pak RT / RW, apalagi ke Kantor Polisi. Bahkan untuk cerita kepada orang tua saja dia tidak bisa, karena tidak mau menambah beban hidup keluarganya.
4 tahun kemudian, Kak Mawar akhirnya bisa bercerai dari suaminya. Itupun setelah suatu kejadian yang sangat memalukan, dimana laki2 sinting itu membawa kabur istri tetangga yang rumahnya masih 1 jajaran dengan rumah Kak Mawar. Lalu perempuan gila yang bersedia dibawa kabur oleh suami Kak Mawar kembali ke tangan suaminya dalam keadaan hamil. LUARRR BIASA!!!!
Pernikahan yang awalnya bak hidup di surga dengan bergelimang harta itu memberikan trauma mendalam bagi Kak Mawar. Membuatnya menjadi teramat sangat takut jika mendengar kata2 pernikahan. Namun Beliau akhirnya berhasil “bangkit”, sampai akhirnya menikah kembali setelah 4 tahun menjanda. Alhamdulillah suaminya yang sekarang walaupun keras wataknya tapi tidak pernah memukul.
Ada juga kasus lain, yang mana pemeran utamanya adalah adik ipar gw sendiri. Awal tahun 2008 dia memutuskan untuk menikah dengan pacarnya. Undangan dicetak dan sudah disebarkan, tenda sudah disewa, souvenir untuk tamu disiapkan, bahan2 untuk konsumsi tamu sudah lengkap di dapur. Sang calon pun sudah menyerahkan seserahan kepada adik & keluarga, seperti tempat tidur, seperangkat emas, bed cover, dan masih banyak lagi. Manusia berencana tapi Tuhan berkehendak lain. Adik ipar gw, 3 minggu menjelang hari-H, memutuskan untuk TIDAK JADI menikah dengan pacarnya itu. Dia akhirnya bercerita bahwa dia pernah dipukul oleh pacarnya sehingga dia takut kalau sudah merid kejadian itu akan dialaminya lagi. Gw sempat bilang sama hubby “Alhamdulillah yah Bang wangsitnya ga datang terlambat”.
Kisah seorang temen sewaktu gw kerja di Jakarta lebih miris lagi. Cewe ini, sebut saja Lina, tetap bertahan dengan pacarnya yang suka menyiksa [menurut gw cowo itu bener2 psikopat]. Sering kali kalau mereka berantem Lina dipukul, digampar, ditendang, dicaci maki dengan kata2 yang sangat kasar. Tapi setiap kita, teman2nya memberi saran untu meninggalkan cowo itu dan mencari cowo lain, Lina selalu bilang “Gw ga bisa hidup tanpanya. Ga ada orang lain yang begitu dalam mencintai dan menyayangi gw selain dia”. WHAT?!?! Setelah semua perlakuan buruknya itu elo masih nyebut2 kata “cinta” dan “sayang”??? Gw yang ngedengernya berasa mo pingsan. Berulang kali gw membodoh2i Lina, bahkan saking kepengen ngebenerin otaknya yang udah ga bisa berfikir waras itu gw berniat ngebawanya ke psikiater. Bener2 cinta buta dan sangat bodoh! Gw sampai heran ko ada orang yang rela hidupnya dihancurkan oleh orang lain. It’s totally stupid, honey!! Wake up atuh!!!! Kalo lagi pacaran ajah disiksa seperti itu gimana kalo udah nikah?!?!
Pepatah berkata, bahwa setiap manusia dicptakan berpasangan. Maka seharusnya konsep berpasangan adalah dimana dua orang yang menjadi pasangan itu dapat saling membahagiakan satu sama lain. Saling berbagi cinta kasih. Saling melengkapi kekurangan masing2. Saling memberi support. Seperti halnya hubungan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan, dimana keuntungannya harus dirasakan oleh kedua belah pihak.
Jika memang kemudian semua hal yang indah2 itu berubah jadi mimpi buruk, ketika pasangan yang awalnya bersikap luar biasa manis dan lemah lembut berubah menjadi monster yang mengerikan, ketika tangan mulai berbicara menyakiti tubuh,atau kata2 makian yang sebelumnya tidak pernah terlontar dari bibirnya yang biasanya selalu memuji, maka “Sang Korban” harus bisa bangkit dan memutuskan segalanya. Demi keselamatan dirinya sendiri. Jangan menjadi bodoh, bisu, dan tuli dengan mengatasnamakan cinta. Bullshit itu!! Gw ulangi sekali lagi: BULLSHIT!!!! Karena cinta tidak ditandai dengan muka yang kusut, mata yang bengkak karena menangis terus2an, lebam di pipi, tusukan di perut, atau hati yang remuk redam setiap saat.
Ayo ladies, sudah waktunya untuk berani berkata TIDAK dan bertindak TEGAS. Karena hidup hanya sekali. Dan tidak akan ada yang menghargai diri kita kalau kita tidak menghargai diri sendiri.
NB: Gw sendiri teramat sangat bersyukur karena Allah memberikan gw seorang suami yang walopun ga seganteng Leonardo Di Caprio, ga sekaya Om Donald Trump, perutnya pun chabi [pipi kaleee], tapi ga pernah sekalipun menyakiti gw baik dengan kata2 apalagi perbuatan. I love u so much, my lovely husband. Mmmuuaaaccchhhh [sun sayang sampe bibir maju 7 cm]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar