Sore Temans. Gile neh si Emak Double Zee, dateng2 langsung ngontes lagi. Baiklah, setelah tulisan Silvikultur Cinta ala Keluarga Zulfadhli made in Jeng Soes yang kece banyak dikiran sebagai buah karya laki gw [hiks!], kali ini ekye mo ikutan kontesnya Mba Dhila.
# Lokasi : Suatu block di Paong Camp, di tengah hamparan Acasia mangium
# Waktu : Tengah hari bolong, saat pocong, sunder bolong, atopun ojeg gendong jalan2 santai di pinggir pantai, dan tak lupa mengoleskan sunblock SPF 30
# Photographer : Hani bani pumpun my switi swahili (baca: laki ekye tercintah)
Judul : "Bercermin di Pasir"
Melihat poto ini, pada detik pertama, hati gw langsung berdetak kencang, dag-dig-dug-serr bunyinya. Entah kenapa gw tiba2 merasa seakan diberikan pencerahan, ilham, inspirasi, wangsit, apapun namanya, oleh Sang Maha, dengan cara yang ajaib.
Bercermin. Yeah, gw memang termasuk jenis orang yang memiliki ketergantungan tingkat tinggi terhadap benda bernama cermin. Ga takut dicap ganjen bin kecentilan, Jeng? Aaaah, peduli terasi sama omongan lidah tak bertulang. Yang jelas, gw perlu cermin ketika berdandan, untuk mengetahui apakah riasan di wajah udah kinclong berseri ato justru keliatan kaya ondel2. Juga pada saat mencabuti bulu ketek yang tumbuh liar tak beradab agar tak salah sasaran, sewaktu memencet komedo dan komodo yang menyerang wajah tanpa belas kasiman, melihat seberapa tebal lemak yang menggelambir di perut, mengecek kerutan yang makin hari makin jelas adanya, de-es-be-de-es-te (baca: dan sebagainya dan seterusnya). Daaaaaannnn, dengan cermin jualah gw bisa mengetahui kekurangan dan kelebihan pada diri gw, tentunya bukan hanya sebatas fisik.
Maka Temans, 'bercerminlah' dimanapun, kapanpun, menggunakan media apapun. Tak usah segan, ato merasa sungkan. Lakukan penilaian dengan jujur, tanpa membawa embel2 kenarsisan yang sejatinya mendarah daging pada manusia. Karena diri membutuhkan introspeksi. Agar setiap dari kita dapat menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Meski tak dapat dipungkiri, kritik maupun saran dari orang lain pun diperlukan sebagai bahan masukkan. So, apakah Temans sudah 'bercermin' hari ini??
* Tulisan ini disertakan pada Bukan Kontes Biasa: TASBIH 1433 H di Blog Dhila 13
Bercermin. Yeah, gw memang termasuk jenis orang yang memiliki ketergantungan tingkat tinggi terhadap benda bernama cermin. Ga takut dicap ganjen bin kecentilan, Jeng? Aaaah, peduli terasi sama omongan lidah tak bertulang. Yang jelas, gw perlu cermin ketika berdandan, untuk mengetahui apakah riasan di wajah udah kinclong berseri ato justru keliatan kaya ondel2. Juga pada saat mencabuti bulu ketek yang tumbuh liar tak beradab agar tak salah sasaran, sewaktu memencet komedo dan komodo yang menyerang wajah tanpa belas kasiman, melihat seberapa tebal lemak yang menggelambir di perut, mengecek kerutan yang makin hari makin jelas adanya, de-es-be-de-es-te (baca: dan sebagainya dan seterusnya). Daaaaaannnn, dengan cermin jualah gw bisa mengetahui kekurangan dan kelebihan pada diri gw, tentunya bukan hanya sebatas fisik.
Maka Temans, 'bercerminlah' dimanapun, kapanpun, menggunakan media apapun. Tak usah segan, ato merasa sungkan. Lakukan penilaian dengan jujur, tanpa membawa embel2 kenarsisan yang sejatinya mendarah daging pada manusia. Karena diri membutuhkan introspeksi. Agar setiap dari kita dapat menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Meski tak dapat dipungkiri, kritik maupun saran dari orang lain pun diperlukan sebagai bahan masukkan. So, apakah Temans sudah 'bercermin' hari ini??
* Tulisan ini disertakan pada Bukan Kontes Biasa: TASBIH 1433 H di Blog Dhila 13
TTD
Jeng soes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar