Jumat, 16 Desember 2011

'Sesuatu' Itu Bernama e-Book

Sodara2, kali ini gw bukan pengen ngomongin lagu barunya Mbah Syahrince [tuwir amith Jeng] or ngomentarin jambul khatulistiwanya nan fenomenal. Penggunaan kata 'sesuatu' ini merujuk kepada catatan perjalanan seorang pria kerempeng, bukan karena dia seorang pemadat atopun kurang minum susu di masa Balita, tapi lebih disebabkan faktor N (baca: nasib), yang memiliki hobi travelling dan olahraga ekstrim seperti panjat pinang. Pria itu bernama Yoga Pratama. Kenal kaga Cyiiinnn??? Doooohhh, gw sebutin nama asli sesuai Akte Kelahiran pada ga 'ngeh' mana makhluknya. Baiklah, kalo nama Yora Pratamawati??? Uuppsss, soriiii keceplosan, jadi ketauan deh nama malemnya si Gaphe [ati2 Phe kalo ketemu Satpol PP tar ditangkep loh]. 

So, begini ihwal mula cerita. Sejak kecil, Gaphe yang selalu mendapat nilai 10 untuk pelajaran sejarah, geografi, dan olahraga, memiliki cita2 mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, aline ke-4. Saat dewasa, kerja, dapet slip gaji dengan digit lebih dari 7, doski memutar otak bagaimana  dia bisa berbuat 'sesuatu' yang berefek kepada peningkatan tingkat intelegensia, ato at least menambah pengetahuan orang banyak. Maka, setelah bertafakur selama 40 hari di atas genteng rumah, plus menyembelih ayam berbulu item [bukan buat tumbal, tapi mo bikin barbekyu], Gaphe memutuskan untuk mengambil jalan hidup sebagai backpacker. Alasan utama karena duitnya kaga cukup buat pelesiran ala konglomelarat: kemana2 pake pesawat sendiri, nginep di hotel2 bintang 7 obat sakit kepala, breakfast di Taj Mahal-lunch nyobain masakannya Pierre Gagnaire di Perancis-dinner di Al-Burj. 


Gaphe memulai karier backpackernya pada usia 3 taun, dengan rute Jakarta-Jogja saban Lebaran, sedangkan debut pertama ngacak2 negara orang yaitu pada Juni 2010, ke Singaparna. Eh, Singapur maksud gw, Singaparna mah di Tasik, bukan begituh Ceu Euis?! Kali ini, dengan modal tiket gretong dari AirAsia, doski kembali melakukan petualangan seorang diri ke Malaysia, setelah sebelumnya di awal Maret khatam keliling Kuala Lumpur. 5 hari 4 malam. Destination:  'World heritage City' Melaka dan Penang.

Jujur, Gaphe berhasil membuat pembacanya merasa seperti ada di TKP, nebeng jalan2 sama doski. Kita [Kita?? Lo kali Jeng!!] seakan2 ikut melintasi jejak warisan Portugis - Belanda - Inggris di Melaka, seperti: Port De Santiago, Dutch Graveyard, The Ruins of The St. Paul's Church, Victoria Fontain and The Entire Red Dutch Square. Lidah seolah2 ikut mencicipi Ais Durian Cendol dan Sour and Sweet Prawn Nyonya Fried Rice. Mata dimanjakan dengan gedung2 tua berarsitektur Eropa nan elegan di Georgetown: City Hall (Penang Island Municipal Council), Town Hall, Queen Victoria Memorial Clock Tower, dll. Hati pun ikut merana bergelora saat pria kerempeng itu merasakan pemalakan liar [bukan pembalakan liar yah, emang hutan].

Maen rebana di atas kereta, singkat kata singkat cerita. Gaphe sukses menuliskan kisahnya dengan lugas, jelas, menarik, informatif, kalkulatif, disertai foto2 yang diambil sepenuh hati sehingga hasilnya edun surudut (baca: keren banget), tak lupa dibumbui dengan sense of humor yang terpelajar [baiklah, kita kesampingkan masalah potong-memotong alat kelamin dan nyumpelin buntelan di dada]. Semoga saja 'sesuatu' yang pada tanggal 21 Desember 2011 akan dilaunching dalam bentuk free e-book ini dapat berguna bagi backpackers yang pengen melakukan perjalanan ke Melaka dan Penang, juga bagi peningkatan IQ masyarakat Indonesia. Ingat, ingat! Membaca e-book lebih bermanfaat dibanding nonton acara gosyiiiippp yang ga jelas juntrungannya!! MERDEKA!!!!

Note : Gw pun berdoa sepenuh hati, agar suatu saat nanti, ada produser yang mo ngebukuin kisah ini [produser bikin buku?? Baru tau gw San!]. Amien.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar